Suasana saat itu serasa menjadi panas, jantungku yang sudah tidak karuan, tanganku ikut berkeringat. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengangkat wajahku dan dia tersenyum seperti tidak punya kesalahan.
"Bagaimana kabarmu Qila? Aku bersyukur sekali tadi memutuskan untuk makan siang disini. Ternyata disini aku bisa menemuimu"
"Untuk apa kamu menanyai kabarku? Bukankah kamu sudah berbahagia dengan flight attendanmu itu? Yang tiga bulan lalu memelukmu di rumahmu. Sudahlah Ben tidak usah repot-repot menjelaskan semuanya, aku sudah tau tingkah burukmu"
"Nggak Qila, bukan begitu kejadian sebenarnya..." Ben berusaha menjelaskan kepadaku.
"Ya terus apa, kamu bayangin deh tengah malem jam 11 ada cewe sama cowo di sebuah rumah terus berpelukan mesra itu kalo bukan hubungan special apa namanya? Hah!"
"Aku sudah tau ya kelakuan buruk kamu di belakang aku, kamu deket-deket sama cewe lain, kamu sering teraktir mereka makan malam, aku tau semua dari teman kamu Ben, sudah tidak ada yang perlu dijelaskan lagi"
"Itu semua karena aku punya kepentingan sama mereka Qila, bukan karena aku selingkuh" Ben kembali membela dirinya
"Selalu kepentingan yang kamu atas namakan, apa iya kepentingan kamu harus sampai berpelukan seperti itu Ben? Apa iya?!"
Aku sudah tidak kuat lagi dan akhirnya keluar dari warunk upnormal berlari menghampiri Adam yang sedang menunggu. Entahlah Ben mengejarku atau tidak, yang jelas aku ingin sejauh mungkin dari Ben.
"Dam ayo kita pergi sekarang" Aku menarik tangan Adam dan segera meninggalkan tempat itu.
"Dam, gue udah gatau lagi harus apa. Dia bener-bener egois, dia sama sekali ngga mikirin perasaan gue Dam, selalu ngebahas kepentingan dia, kerjaan dia. Hari ini udah gue putusin kalo gue akan melepas dia, dan berdiri tegas menghadapi masa lalu gue"
Adam tersenyum lega mendengar ucapanku.