"Dan lo juga punya banyak orang yang sayang sama lo dan peduli sama lo, bunda lo, papa lo dan gue Qil"
"iya dam...." Jawab ku lirih.
"gue cuma butuh waktu lebih......"
Belum sempat ku melanjutkan omongan ku, tiba-tiba ada yang menghampiri meja kami. Dan firasatku mengatakan bahwa orang itu adalah dia. Aku tahu, karena mimik wajah Adam yang berubah derastis, aku duduk membelakangi pintu masuk dan Adam duduk di depanku, jadi yang akan melihat pengunjung masuk duluan adalah Adam.
"hai" Dia menyapa kami dan aku masih menunduk tidak berani melihat. Aku sudah tau dia siapa. Dia yang selama ini membuatku ingin melepaskan cinta sejauh-jauhnya.
"eh Ben, apa kabar lu bro?" Adam berdiri menyambut Ben sambil berpelukan, gaya anak lelaki kalau baru bertemu lagi dalam jangka waktu yang lama.
"baik, gue boleh duduk disini?" Tanya Ben kepada Adam dan sesekali melihatku yang masih menunduk.
"Boleh aja bro, duduk aja disini" Adam memberikan tempat duduknya untuk Ben. Sontak aku melarangnya, dan tetap menarik tangan Adam untuk duduk di tempatnya. Tetapi Adam menolak dan tersenyum tipis sembari melepaskan tarikan tangan dari Aqila.
"Hai Aqila" panggil Ben.
Aku masih menunduk dan tidak berkata apapun.
"Aqila Purnamasari, tidak bisakah kamu melihatku sebentar saja?"