Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pembunuhan di Rue Morgue (Bag. 5)

19 Maret 2020   00:00 Diperbarui: 20 Maret 2020   00:57 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto ilustrasi pada cerita asli | The Murder in The Rue Morgue-Edgar Allan Poe

"Jika, sekarang, memperhatikan hal-hal ini, kita perhatikan pula keadaan kamar, kita dapat mengumpulkan gambaran-gambaran berikut: tenaga yang melebihi tenaga manusia; tidak lebih liar daripada manusia; pembunuhan tanpa alasan; kengerian di luar nalar manusia; dan suara yang terucap yang orang-orang tidak dapat memahami. Apa kesimpulannya, lalu, menurutmu? Apakah aku telah membantumu mencarinya?"

Hawa dingin menyelimuti tengkukku saat Dupin menanyaiku. "Orang ... Seseorang yang kehilangan akalnya," kataku. "Orang gila!! Orang gila!! Hanya orang gila dapat melakukan pembunuhan ini!"

"Aku pikir bukan. Dalam beberapa hal pemikiranmu bagus. Tapi orang-orang gila itu berasal dari suatu negara atau lainnya. Jeritan-jeritan mereka mungkin mengerikan, tapi itu terucap dengan kata-kata, dan beberapa kata dapat dipahami.

"Kemarilah! Lihat! Lihat rambut ini. Aku mengambilnya dari tangan wanita tua itu. Rambut orang gila tidak seperti ini. Katakan padaku apa menurutmu ini."

"Dupin! Rambut ini ... rambut ini bukan rambut manusia!!"

"Aku tidak mengatakan demikian. Tapi, sebelum kita memastikan hal ini, lihat gambar yang telah aku buat pada carik kertas ini. Itu adalah gambar goresan-goresan pada leher gadis itu. Dokter mengatakan goresan-goresan ini dibuat oleh jari-jari. Biar kubentangkan kertasnya ke atas meja di depan kita itu. Coba kau letakkan jari-jarimu, semuanya sekaligus, pada gambar, hingga tangan dan jari-jarimu akan merengkuhi gambar goresan-goresan pada leher si gadis itu."

 "Aku tidak bisa!"

"Tidak. Tapi mungkin kita tidak melakukannya dengan cara yang benar. Kertasnya terbentang di atas meja; leher manusia itu bundar. Ini potongan kayu kira-kira sebesar leher gadis itu. Gulungkan kertas padanya dan cobalah lagi. Ayo cobalah!"

Aku coba mencengkramkan tanganku ke potongan kayu itu, seolah-olah itu adalah leher si gadis. Tapi tetap tanganku tidak cukup besar untuk merangkuhi goresan-goresan yang ditinggalkan si pembunuh. "Dupin! Goresan-goresan ini tidak dibuat oleh tangan manusia!"

"Ya. Itu bukan. Aku hampir yakin itu dibuat oleh tangan orangutan, salah satu binatang mirip manusia yang tinggal di hutan-hutan belantara. Ukuran yang besar, tenaga, keliaran dari binatang-binatang ini begitu terkenal. Sekarang lihat bukunya Cuvier ini. Bacalah. Lihatlah gambarnya."

Aku menurut, dan seketika aku tahu Dupin benar dengan semua yang dia katakan. Warna rambut ... ukuran tangan ... tenaga yang besar ... kebuasan pembunuhan ... suara-suara itu yang terucap bukan sebagai kata-kata ... semuanya persis sesuai apa adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun