Aku selalu melibatkan segala urusan dengan ibuku. Tentu saja, apa lagi urusan cinta yang belum paham benar aku tentangnya. Dan aku harus kecewa karena ibu melarangku memilih laki-laki medan itu.
Sejak bekerja aku sedikit berubah. Aku berani memandang makhluk bernama laki-laki. Aku berbaur dengan mereka. Aku bukan lagi Lisa yang dulu. Aku bukan lagi Lisa yang hanya berteman dengan buku-buku. Aku telah berbaur dengan dunia baru. Dunia yang kini mampu  membukakan segala belenggu hidupku selama ini.
"Aku janji, Lis. Aku juga sudah dewasa, aku tidak mungkin mengambil keputusan ini hanya untuk bersenang-senang saja. Aku ingin menikah denganmu."
Aku serasa terbang melayang di angkasa. Aku tak berhenti menyunggingkan senyumku. Laki-laki di hadapanku telah menghipnotis penuh pikiranku. Dia laki-laki kenalanku. Kami tidak bekerja dalam satu perusahaan. Dia orang Bandung. Dia tinggal di Cikarang. Tapi duniaku yang berubah drastis mampu mengenalkanku padanya. Sederhananya, aku mengenalnya dari teman kerjaku.
"Terima kasih, Van," ucapku.
Dan laki-laki itu meraih tanganku. Kemudian dengan sedikit ragu-ragu menarik tubuhku ke pelukannya. Hangat. Tak pernah aku merasakan hangat dekapan lembut seorang lelaki.
Ini cinta. Cinta yang membuat hidupku 180 derajat berubah. Aku mulai memperhatikan penampilanku yang awalnya selalu tampil apa adanya. Ada laki-laki yang siap menatapku setiap hari. Tentu aku harus cantik, demikian pikirku.
***
"Aku jadi pindah, Van," ucapku.
"Benarkah?" tanya Ivan tak percaya. Dari raut wajahnya terlihat ia bahagia dengan kepindahanku ke Cikarang.
"Nanti aku carikan kosan yang dekat dengan tempat kosku," lanjutnya kemudian.
Hariku semakin berwarna meski hanya dalam satu cerita. Bersama laki-laki bernama Ivan yang sudah membuat hatiku selalu melambung setiap hari. Oleh kata-kata cintanya, perhatiannya, hangat peluknya.
Waktu terus bergulir, cintaku masih tetap mengalir. Meski bumbu-bumbu pertengkaran selalu ada, tapi aku dan dia selalu bisa melewatinya dengan baik. Dan di tahun ke empat, Ivan memutuskan untuk datang melamarku. Dia datang ke Jawa dengan bekal keberanian dan keyakinan menghadap kedua orang tuaku.