Mohon tunggu...
zivana faras sahira
zivana faras sahira Mohon Tunggu... siswi

Hai.Udah gitu aja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Momo, Langkah Pulang Sang Kucing; Inilah Sudut Pandang Penceritaannya

17 September 2025   03:59 Diperbarui: 17 September 2025   03:59 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

paragraf 1:
Sudut pandang narator orang ketiga serba tahu (third person omniscient)
Langit siang kota begitu cerah. Daun-daun pohon di sepanjang trotoar bergoyang pelan ditiup angin, menciptakan bayangan teduh di tengah lalu lintas yang riuh. Suara klakson bersahut-sahutan, namun tak mampu merusak kedamaian kecil yang terasa di sudut jalan itu.
(Penjelasan: Narator mendeskripsikan suasana umum dan lingkungan secara luas, tanpa fokus ke satu tokoh tertentu.)
________________________________________
Paragraf 2:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada Kio dan Ernest
Dua anak laki-laki berjalan berdampingan. Seragam merah-putih mereka masih rapi meski sepatu sudah penuh debu. Kio, dengan mata almond yang tajam, memperhatikan jalan dengan waspada. Di sampingnya, Ernest---berkulit terang dan berhidung mancung, rambut pirangnya menyala terkena cahaya matahari---menggenggam botol minum sambil mengobrol ringan.
(Penjelasan: Fokus pada penggambaran dua karakter utama dengan pengamatan dari luar.)
________________________________________
Paragraf 3:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada Kio
Tiba-tiba, Kio menghentikan langkahnya. Di seberang jalan, tampak seorang nenek berdiri sendiri. Tubuhnya ringkih, tangannya menggenggam tas belanja lusuh. Ia menatap ke arah jalan seperti sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyeberang.
(Penjelasan: Perhatian narator tertuju pada tindakan dan pengamatan Kio.)
________________________________________
Paragraf 4:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada Kio
"Ernest, kayaknya nenek itu butuh bantuan deh," bisik Kio.
(Penjelasan: Menampilkan dialog Kio sekaligus menyampaikan observasi yang dialami Kio.)
________________________________________
Paragraf 5:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada Kio
Kio pun segera melangkah ke depan, mengangkat tangan ke arah lalu lintas. Beberapa pengendara memperlambat laju kendaraan mereka. "Ayo, Nek," ujarnya ramah.
(Penjelasan: Fokus pada aksi Kio yang memulai interaksi.)
________________________________________
Paragraf 6:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada sang nenek dan Ernest
Namun sang nenek tak bergeming. Matanya tak menatap jalan, melainkan lurus ke satu titik, seolah sedang menunggu sesuatu yang lain. Ernest ikut mendekat dan bertanya lembut, "Nenek... kami bisa bantu?"
(Penjelasan: Menampilkan reaksi nenek yang diam dan dialog Ernest, menyorot perasaan serta sikap mereka.)
________________________________________
Paragraf 7:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada sang nenek
Sang nenek menoleh perlahan. Suaranya serak saat berkata, "Kucing nenek... namanya Momo. Sudah seminggu nggak pulang. Biasanya dia duduk di bawah pohon itu, nunggu nenek kasih makan."
(Penjelasan: Menunjukkan dialog dan keadaan nenek dari sudut pandang netral dengan fokus pada ucapan nenek.)
________________________________________
Paragraf 8:
Sudut pandang narator orang ketiga serba tahu
Ada jeda sunyi. Mata sang nenek berkaca-kaca. "Nenek khawatir dia kenapa-napa."
Kio dan Ernest saling tatap. Mereka tahu, tak perlu banyak kata. Kucing itu bukan sekadar peliharaan bagi sang nenek, tapi teman hidup. Teman yang kini hilang.
(Penjelasan: Narator menyampaikan perasaan dan pikiran internal para tokoh sekaligus tengah memberikan sudut pandang luas.)
________________________________________
Paragraf 9:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada Ernest
"Kami cari, Nek. Kami janji," kata Ernest, yakin.
(Penjelasan: Fokus pada ucapan dan keyakinan Ernest.)
________________________________________
Paragraf 10:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada Kio dan Ernest
Pencarian dimulai di sekitar taman kecil dekat trotoar. Kio memperhatikan semak, Ernest menyisir gang belakang toko. Di tengah pencarian, suara langkah kecil dan dentingan kalung logam membuat mereka menoleh serempak.
(Penjelasan: Narator fokus pada aktivitas dan pengamatan tokoh Kio dan Ernest.)
________________________________________
Paragraf 11:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada Kio
Seekor kucing abu-abu dengan corak putih di dada sedang berjalan pelan, ekornya tegak, matanya hijau terang. Kalung merah tergantung di lehernya.
"Itu Momo!" seru Kio.
(Penjelasan: Menarasikan objek pengamatan Kio dan ucapannya.)
________________________________________
Paragraf 12:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada kucing Momo dan tokoh anak-anak
Kucing itu menoleh sekilas, lalu---seakan mengerti sedang dikejar---melompat dan lari ke arah gang sempit. Mereka mengejarnya. Nafas mereka berpacu dengan langkah Momo yang lincah melompati kardus, menyeberangi selokan, bahkan naik ke atap rumah.
(Penjelasan: Fokus pada pergerakan kucing dan reaksi anak-anak dalam mengejar.)
________________________________________
________________________________________
Paragraf 13:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada Kio dan Ernest
Momo terlalu gesit. Berkali-kali Kio nyaris menangkapnya, tapi kucing itu terus berhasil kabur.
"Kok kayak tahu kita mau nangkap, ya?" gumam Ernest, lelah.
(Penjelasan: Menampilkan keadaan kejar-kejaran dan dialog Ernest sebagai refleksi mereka.)
________________________________________
Paragraf 14:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada Kio, Ernest, dan Vania
Di tengah keputusasaan, saat Momo kembali meluncur turun ke arah jalan, suara asing terdengar dari depan. "Gotcha!"
Sebuah tangan kecil menangkap Momo dengan lincah. Seorang gadis dengan rambut sebahu dan kemeja flanel memeluk kucing itu sambil tersenyum bangga.
"Vania?" kata Ernest terkejut. Vania adalah teman sekelas mereka, gadis yang terkenal tenang tapi cekatan.
(Penjelasan: Fokus pada reaksi anak-anak dan kedatangan Vania.)
________________________________________
Paragraf 15:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada Vania dan anak-anak
"Ngapain kalian ngejar-ngejar kucing kayak detektif?" tanyanya geli.
"Itu... kucing nenek yang hilang. Kita bantu cari," jelas Kio cepat.
"Oh," Vania menatap Momo yang kini diam tenang di pelukannya. "Yuk, kita balikin sekarang."
(Penjelasan: Dialog antarkarakter dengan fokus pada percakapan mereka.)
________________________________________
Paragraf 16:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada nenek
Ketika ketiganya kembali ke trotoar, sang nenek masih berdiri di tempat yang sama. Namun kali ini, matanya membelalak. Tangannya menutup mulut saat melihat Momo di pelukan Vania.
"Momo...!" serunya lirih.
(Penjelasan: Fokus pada reaksi emosional nenek saat melihat Momo kembali.)
________________________________________
Paragraf 17:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada sang nenek dan Momo
Kucing itu melompat turun dan langsung masuk ke pelukan sang nenek. Ia mengeong pelan, seolah minta maaf karena telah lama pergi.
(Penjelasan: Fokus pada hubungan emosional kucing dan nenek.)
________________________________________
Paragraf 18:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada nenek dan anak-anak
"Terima kasih, anak-anak. Nenek... nggak tahu harus bilang apa."
Dengan tangan gemetar, sang nenek merogoh saku dan mengeluarkan tiga permen tangkai. "Nenek nggak punya banyak. Tapi tolong terima ini."
Mereka menerimanya dengan senyum hangat. Bukan soal permen, tapi tentang rasa syukur telah membuat seseorang bahagia.
(Penjelasan: Dialog dan tindakan nenek, serta penerimaan anak-anak dengan rasa syukur.)
_______________________________________
Paragraf 19:
Sudut pandang narator orang ketiga serba tahu
Malam itu, Kio membuka jendela kamarnya. Angin malam sejuk membelai wajahnya. Dari kejauhan, suara burung malam terdengar samar.
Tiba-tiba, ia melihat bayangan bergerak di atap rumah Ernest. Seekor kucing abu-abu duduk santai, menatap bulan.
"Woi, itu Momo ya?" seru Kio.
(Penjelasan: Narator menggambarkan suasana malam dan pengamatan Kio.)
________________________________________
Paragraf 20:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada Ernest
Jendela kamar Ernest terbuka. "Iya, dia keliling lagi. Tapi kali ini nggak kabur, cuma duduk-duduk aja."
(Penjelasan: Dialog Ernest mengonfirmasi pengamatan Kio.)
________________________________________
Paragraf 21:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada Vania
Tak lama, suara jendela dari lantai dua sebelah mereka ikut terbuka. Vania muncul dengan piyama dan wajah lelah. "Momo kok suka banget ke rumah orang, sih?" katanya sambil tersenyum.
(Penjelasan: Menampilkan dialog dan ekspresi Vania.)

_______________________________________
Paragraf 22:
Sudut pandang narator orang ketiga terbatas pada Momo dan anak-anak
Dengan gaya santai, Momo melompat ke jendela kamar Vania, mengeong lembut lalu menggulung tubuhnya.
"Pinter banget ya, bisa milih cewek cantik buat tempat tidur," celetuk Ernest.
Kio tertawa. Vania hanya menggeleng sambil tertawa kecil. Malam terasa lebih hangat dari biasanya. Di bawah langit penuh bintang, di antara suara canda, mereka tahu satu hal---persahabatan dan kebaikan bisa tumbuh dari hal sederhana. Bahkan, dari seekor kucing bernama Momo.
(Penjelasan: Gambaran aktivitas Momo dan interaksi anak-anak dengan suasana hangat persahabatan, sudut pandang narator umum.)
________________________________________

Rekapitulasi dari cerpen Momo, Langkah Pualng Sang Kucing:

Paragraf 1
Alasan: Narator mendeskripsikan suasana umum dan lingkungan secara luas tanpa fokus pada satu tokoh, seperti di paragraf 1 yang menceritakan langit, angin, dan suara kota.

Paragraf 2
Alasan: Narator fokus pada penggambaran dan pengamatan dua tokoh utama secara eksternal tanpa masuk ke pikiran mereka secara eksplisit, terlihat di paragraf 2.

Paragraf 3
Alasan: Perhatian narator terpusat pada pengamatan, tindakan, dan dialog Kio, menampilkan langkah dan pengamatan Kio.

Paragraf 4
Alasan: Menampilkan dialog Kio sekaligus menyampaikan observasi yang dialami Kio.

Paragraf 5
Alasan: Fokus pada aksi Kio yang memulai interaksi.

Paragraf 6
Alasan: Menampilkan reaksi nenek yang diam dan dialog Ernest, menyorot perasaan serta sikap mereka.

Paragraf 7
Alasan: Fokus pada dialog dan keadaan nenek, misalnya suara serak dan ungkapannya tentang kucing Momo.

Paragraf 8
Alasan: Narator menyampaikan perasaan dan pikiran internal para tokoh sekaligus, seperti di paragraf 8 yang menggambarkan mata berkaca-kaca nenek dan pemahaman anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun