Oleh: Ziaw NohaÂ
Andai aku bisa membuka lorong waktu
Akan kutemui Rasulku
Kuceritakan semua kepadanya
Tentang pemimpin-pemimpinku
Jika waktu mengijinkan aku bersua
Akan kupotret baju kebesarannya
Kala bersila bersama sahabat-sahabatnya
Bolehlah kurekam juga rumah dan makanannya
Juga ranjangnya yang beralaskan pelepah kurma
Agar pemimpinku belajar hakikat kata,
"Umatku, umatku, umatku."
Di sepanjang perjalanan
Akan kutanyakan, "Bukankah engkau dulu kaya?"
Lalu kucatat ke mana harta itu disemayamkan
Dan berapa dirham untuk keluarga
Ya Nabi
Ya Rasul
Bagaimana aku menceritakan kepada pemimpinku?
Apa yang telah engkau berikan untuk umatmu
Sedangkan mereka masih cinta dunia
Bangga pada popularitasnya
Enggan mengurangi fasilitas-fasilitas keluarga
Bagaimana aku menjelaskan Rahmatan Lil Alamin?
Jika mereka masih mengagungkan simbol-simbol
Eksklusif pada kelompoknya
Mudah memfitnah selainnya
Bahkan menutup akal dan ijtihad umatnya
Haruskah aku membawamu ke masa depan?
Agar kau dapat menyaksikan pertikaian saudara
Di sana mereka membaca Al-Quran yang sama
Tapi selalu memiliki partai yang berbeda
Mereka mudah diadu domba
Dengan gelitik harta seketika tertawa
Berjabat mesra tanpa curiga muslihat fana
Sekejap terpeciklah permusuhan iman saudara
Di akhir waktu yang tersisa
Mungkin aku sudah tak kuasa merangkai kata
Atau bisa jadi akan berderai air mata
Kala sampai pada kisah-kisah
Tentang Umat Islam di negeri-negeri dunia
Jakarta, 19 Oktober 2021
*) Puisi ini ditulis dalam perenungan Hari Maulid Nabi Muhammad SAW 1443 H