Mohon tunggu...
zhylia rifka
zhylia rifka Mohon Tunggu... siswa

hobi saya travelling dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Budak Yang Memetik Buah Tanpa Izin

15 September 2025   14:05 Diperbarui: 15 September 2025   14:05 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu pagi itu terasa begitu cerah. Burung-burung berkicau di halaman rumah, udara segar menyelinap melalui jendela kamar Doni Saputra, seorang anak kelas 5 SD yang penuh rasa penasaran. Hari libur selalu menjadi waktu yang ditunggu-tunggu Doni, karena ia bisa bermain bersama teman-temannya tanpa terburu-buru memikirkan pelajaran sekolah.

Sekarang menunjukkan pukul 08.00 pagi. Anak yang baru bangun bernama Doni Saputra, biasanya dipanggil Doni. Dia masih menduduki Sekolah Dasar (SD) kelas 5. Dia pun melaksanakan mandi dan memakai pakaian yang layak dipakainya. Setelah itu, ia pergi ke ruang makan untuk sarapan pagi bersama keluarganya.      

Pada pukul 10.00, Doni pergi ke taman yang tidak jauh dari rumahnya. Ia ada janji dengan temannya yang juga tinggal tidak jauh dari sana. Doni bersemangat karena hari Minggu ini ia akan bermain dengan temannya.

Sesampainya di taman, Doni langsung menemui temannya yang bernama Diki. Mereka berbincang-bincang karena berencana membuat strategi untuk memetik buah-buahan di kebun tanpa meminta izin kepada pemiliknya.

Setibanya di kebun, mereka pun memetik buah yang mereka sukai, yaitu mangga, jeruk, dan salak. Pertama-tama mereka menuju kebun mangga. Mereka melihat banyak mangga yang belum matang, jadi mereka mengambil tiga buah mangga muda dan dua buah mangga matang. Alasannya, mangga muda akan mereka buat menjadi rujak.

Tak lama kemudian mereka pergi ke kebun jeruk. Karena sangat menyukai jeruk, mereka mengambil buah itu terlalu banyak. Setelah itu, mereka menuju ke kebun salak. Namun, ketika memetik salak, tangan Diki tertusuk duri hingga ia berteriak sekencang-kencangnya. Teriakan itu membuat pemilik kebun keluar dan memergoki mereka.

Ketika Doni dan Diki ingin melarikan diri, pemilik salak sudah berhasil mengejar mereka. Pemilik itu bertanya, “Kalian anak siapa dan dari mana?” Saat Doni menjawab, ternyata pemilik kebun sangat mengenal ayahnya. Ia pun segera menelepon ayah Doni.

Sambil menunggu ayah Doni datang, mereka dihukum menyapu bagian kebun yang telah mereka kotori, membersihkan dedaunan dan duri yang berserakan akibat ulah mereka. Tak lama kemudian, ayah Doni tiba, meminta maaf kepada pemilik kebun, lalu membawa mereka pulang dengan wajah tegang.

Di dalam mobil, ayah tidak berkata apa pun. Sesampainya di rumah, ayah memanggil mereka ke ruang tamu dan menyuruh duduk di sofa. Dengan suara serius ayah bertanya, “Apa alasan kalian memetik tanpa izin?” Doni dan Diki menjawab lirih, “Kami ingin memakan buah itu, Yah.” Ayah pun menenangkan mereka, dan berjanji akan membelikan buah jika mereka mau bersabar dan meminta izin dengan benar. Mereka berterima kasih dan meminta maaf sebanyak-banyaknya, hingga ayah akhirnya memaafkan mereka dengan syarat tidak akan mengulanginya lagi.

Sejak kejadian itu, Doni dan Diki menyadari bahwa mengambil sesuatu tanpa izin bukanlah perbuatan yang baik. Mereka berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Hari Minggu yang awalnya terasa menyenangkan berubah menjadi pelajaran berharga yang tidak akan pernah mereka lupakan.

Namun, beberapa hari kemudian, pemilik kebun tiba-tiba datang ke rumah Doni membawa sekeranjang buah segar. Ternyata, ia tidak benar-benar marah, melainkan hanya ingin memberi pelajaran. Dengan tersenyum, ia berkata, “Kalau kalian ingin buah, datanglah ke rumah. Mintalah baik-baik, nanti Bapak kasih. Tapi jangan pernah mencuri lagi.” Doni dan Diki hanya bisa menunduk malu, sekaligus merasa lega karena masih ada orang baik yang mau memberi kesempatan kedua untuk mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun