Mohon tunggu...
Den kiki Sunardi SH
Den kiki Sunardi SH Mohon Tunggu... Ide Penuntun

Bermain gitar akustik, Bernyanyi, Membaca, Sepakbola, Artwork, puisi, legal opinion

Selanjutnya

Tutup

Horor

Konflik Iran - Israel : Analisis Mendalam Tentang Akar, Eskalasi, dan Dampak

23 Juni 2025   09:18 Diperbarui: 23 Juni 2025   09:18 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik Iran-Israel: Analisis Mendalam tentang Akar, Eskalasi, dan Dampak

Konflik antara Republik Islam Iran dan Negara Israel adalah salah satu poros ketegangan geopolitik paling krusial di Timur Tengah, dicirikan oleh persaingan ideologis, strategis, dan perebutan hegemoni regional.1 Ini bukan hanya tentang dua negara, tetapi juga tentang jaringan aliansi, proksi, dan kepentingan kekuatan global.

1. Akar Konflik: Dari Hubungan Pra-Revolusi hingga Permusuhan Abadi

  • Era Pra-1979 (Hubungan Pragmatis): Sebelum Revolusi Islam Iran tahun 1979, Iran di bawah kepemimpinan Shah Mohammad Reza Pahlavi memiliki hubungan yang cukup baik dengan Israel.2 Keduanya adalah sekutu non-Arab di kawasan yang sama-sama berhadapan dengan nasionalisme Arab dan ancaman Soviet. Israel bahkan membantu Iran dalam beberapa proyek infrastruktur dan keamanan.

  • Revolusi Islam Iran (1979) dan Pergeseran Paradigma: Revolusi ini secara fundamental mengubah lanskap geopolitik. Ideologi Ayatollah Ruhollah Khomeini, pendiri Republik Islam Iran, secara tegas menentang Israel, yang dianggap sebagai "entitas Zionis ilegal," "perpanjangan tangan imperialisme Barat," dan "musuh Islam."3 Slogan "Death to Israel" (dan "Death to America") menjadi sentral dalam retorika revolusioner.4 Iran secara resmi memutuskan semua hubungan dengan Israel, mengubah kedutaan Israel di Teheran menjadi perwakilan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Sejak saat itu, eliminasi Israel menjadi tujuan ideologis yang dipegang teguh oleh rezim Iran.

2. Pilar Utama Persaingan Strategis dan Ancaman Bersama

Konflik ini bukan perang konvensional melainkan "perang bayangan" (shadow war) yang melibatkan banyak dimensi:5

  • Program Nuklir Iran (Ancaman Eksistensial Israel):

  • Kekhawatiran Israel: Israel memandang program nuklir Iran sebagai ancaman eksistensial terbesarnya.6 Mereka khawatir Iran akan mengembangkan senjata nuklir yang dapat digunakan untuk menghapus Israel dari peta.7 Israel berpegang pada doktrinnya untuk mencegah musuh di kawasan memperoleh senjata nuklir.

  • Pandangan Iran: Iran menegaskan program nuklirnya murni untuk tujuan damai (energi, medis), sesuai dengan haknya sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Namun, aktivitas pengayaan uranium Iran telah menimbulkan kecurigaan internasional.8

  • Kesepakatan JCPOA (2015): Upaya internasional untuk mengekang program nuklir Iran melalui Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada 2015.9 Namun, penarikan AS dari kesepakatan ini pada 2018 di bawah pemerintahan Trump dan penjatuhan sanksi kembali membuat Iran meningkatkan pengayaan uraniumnya, memperpendek "breakout time" (waktu yang dibutuhkan untuk membuat bom).

  • Perebutan Hegemoni Regional dan Proksi Iran:

  • "Poros Perlawanan" (Axis of Resistance): Iran membangun jaringan sekutu dan proksi yang dikenal sebagai "Poros Perlawanan" untuk memperluas pengaruhnya dan mengepung Israel.10 Ini termasuk:

  • Hezbollah (Lebanon): Kelompok bersenjata yang sangat kuat, didanai dan dilatih oleh Iran, dengan puluhan ribu rudal yang bisa mencapai Israel.

  • Hamas dan Jihad Islam Palestina (Gaza): Kelompok-kelompok militan di Jalur Gaza yang secara ideologis dan finansial didukung Iran.

  • Milisi Pro-Iran di Suriah dan Irak: Kelompok-kelompok paramiliter yang memperkuat posisi Iran di sepanjang "koridor darat" yang membentang dari Teheran hingga Mediterania.

  • Houthi (Yaman): Pemberontak di Yaman yang juga menerima dukungan Iran, melakukan serangan terhadap pelayaran di Laut Merah yang memiliki implikasi global dan seringkali menargetkan kepentingan Israel atau sekutunya.11

  • Kampanye Israel di Suriah ("Mabam"): Israel secara teratur melakukan serangan udara di Suriah (dikenal sebagai "kampanye antar-perang" atau mabam) untuk mencegah konsolidasi militer Iran di sana, menghancurkan pengiriman senjata ke Hezbollah, dan menargetkan fasilitas proksi Iran. Serangan-serangan ini seringkali tidak diakui secara resmi oleh Israel.

  • Perang Intelijen dan Siber: Kedua negara terlibat dalam "perang diam-diam" yang meliputi serangan siber terhadap infrastruktur vital, pembunuhan ilmuwan (diduga oleh Israel), dan operasi rahasia lainnya.12

3. Eskalasi Paling Signifikan: April 2024 (Konfrontasi Langsung)

Ini adalah momen paling berbahaya dalam konflik ini, menandai pergeseran dari perang proksi dan bayangan menjadi konfrontasi militer langsung:

  • 1 April 2024: Serangan Damaskus: Sebuah serangan udara menghantam gedung konsulat Iran di Damaskus, Suriah, menewaskan tujuh perwira Garda Revolusi Islam (IRGC), termasuk dua jenderal senior: Mohammad Reza Zahedi dan Mohammad Hadi Haj Rahimi. Iran secara terbuka menuduh Israel bertanggung jawab dan bersumpah akan membalas dendam.

  • 13 April 2024: Serangan Balasan Iran: Iran meluncurkan serangan balasan besar-besaran langsung dari wilayahnya sendiri ke Israel. Serangan ini melibatkan lebih dari 300 proyektil, termasuk rudal balistik, rudal jelajah, dan drone bunuh diri. Sebagian besar proyektil berhasil dicegat dan ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Israel (seperti Iron Dome, David's Sling, Arrow) dengan bantuan dari AS, Inggris, Prancis, dan Yordania.13 Serangan ini menimbulkan kerusakan minimal di Israel.

  • 19 April 2024: Respons Israel: Israel kemudian melancarkan serangan terbatas terhadap sasaran di wilayah Iran, khususnya di dekat Isfahan, yang menjadi lokasi fasilitas nuklir dan pangkalan udara.14 Serangan ini dilaporkan kecil, ditujukan untuk menunjukkan kemampuan Israel menembus pertahanan Iran tanpa memprovokasi eskalasi yang lebih besar.

Serangan langsung ini menandai pecahnya "aturan permainan" tidak tertulis yang telah berlaku selama puluhan tahun, di mana kedua pihak menghindari serangan langsung dari tanah air masing-masing.

4. Peran dan Respons Internasional

  • Amerika Serikat: Sekutu utama Israel. AS telah berulang kali menegaskan komitmennya terhadap keamanan Israel dan membantu Israel mencegat rudal Iran.15 Namun, AS juga berupaya keras untuk mencegah eskalasi lebih lanjut menjadi perang regional yang lebih luas, menekan Israel agar menahan diri dalam responsnya.

  • Uni Eropa/Negara-negara Barat: Sebagian besar negara Barat mengecam serangan Iran dan menyerukan de-eskalasi. Mereka juga khawatir tentang dampak regional dan global dari konflik yang meluas.

  • PBB: Sekretaris Jenderal PBB dan Dewan Keamanan PBB telah menyerukan pengekangan diri dan dialog, menyatakan keprihatinan mendalam atas risiko eskalasi.16

  • Negara-negara Arab: Respons negara-negara Arab bervariasi. Beberapa (seperti Yordania dan Arab Saudi) memiliki kekhawatiran sendiri terhadap Iran dan secara implisit atau eksplisit membantu mencegat serangan Iran atau menyerukan de-eskalasi. Lainnya lebih berhati-hati dalam posisi publik mereka.

5. Konsekuensi dan Prospek Masa Depan

  • Risiko Perang Regional: Ancaman paling mendesak adalah kemungkinan konflik meluas ke seluruh Timur Tengah, menarik lebih banyak aktor dan memicu pertempuran di beberapa garis depan (Lebanon, Suriah, Yaman, Gaza).

  • Dampak Ekonomi Global: Eskalasi konflik dapat mengganggu pasokan minyak global secara signifikan melalui Selat Hormuz (jalur pelayaran vital), menyebabkan lonjakan harga minyak dan ketidakstabilan pasar keuangan global.

  • Perlombaan Senjata Regional: Ketegangan yang berkelanjutan dapat memicu perlombaan senjata di kawasan, dengan negara-negara lain berupaya meningkatkan kemampuan pertahanan mereka.

  • Implikasi untuk Program Nuklir Iran: Setiap konfrontasi militer dapat meningkatkan keinginan Iran untuk mempercepat program nuklirnya sebagai alat pencegah, atau bahkan memprovokasi serangan preventif terhadap fasilitas nuklirnya.

Sumber Terpercaya:

Untuk memahami kompleksitas ini, selalu merujuk pada sumber yang kredibel dan seimbang:

  • Media Berita Internasional: Reuters, Associated Press (AP), BBC News, The New York Times, The Wall Street Journal, Al Jazeera, The Guardian. Cari liputan dari berbagai sudut pandang.

  • Lembaga Think Tank: International Crisis Group, Council on Foreign Relations (CFR), Chatham House, Carnegie Endowment for International Peace, Brookings Institution, The Washington Institute for Near East Policy. Mereka menyediakan analisis mendalam yang didukung penelitian.

  • Laporan Organisasi Internasional: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), terutama laporan dari Dewan Keamanan atau misi terkait. International Atomic Energy Agency (IAEA) untuk informasi terkait program nuklir.

  • Pernyataan Resmi Pemerintah: Pernyataan dari Kementerian Luar Negeri atau pemimpin Iran, Israel, Amerika Serikat, dan negara-negara utama lainnya.

Menganalisis konflik ini membutuhkan pemahaman akan sejarah, ideologi, strategi, dan dinamika regional yang terus berubah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun