Mohon tunggu...
Zalfaa Aurelia
Zalfaa Aurelia Mohon Tunggu... Jurusan Psikologi, Universitas Malikussaleh

Hello! i'm a student majoring in psychology

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

mengenal ciri-ciri slow learner dan cara tepat menanganinya

20 April 2025   19:30 Diperbarui: 20 April 2025   19:51 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak yang berprestasi buruk dalam satu atau lebih bidang akademik (di bawah rata-rata anak pada umumnya) tetapi tidak memenuhi kriteria untuk dicap sebagai tuna grahita (retardasi mental), dikenal sebagai Slow Learner atau anak yang lambat belajar. Menurut hasil tes IQ mereka, skor mereka antara 70 dan 90. Anak-anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah rata-rata tetapi belum mengalami cacat mental dapat digolongkan sebagai anak yang lambat belajar Dibandingkan dengan sekelompok anak muda dengan tingkat kecerdasan intelektual yang sama, anak-anak yang mengalami slow learner membutuhkan lebih banyak waktu (Widyorini et al., 2014)

Keterbatasan mereka tidak hanya terbatas pada prestasi akademis, tetapi juga pada area lain, seperti koordinasi (kesulitan mengenakan pakaian, berolahraga, atau menggunakan alat tulis). Anak-anak yang mengalami slow learner biasanya menunjukkan perilaku pendiam, pemalu, dan kesulitan menjalin persahabatan. Selain itu, anak-anak yang lambat belajar ini sering kali kurang percaya diri. Kapasitas mereka untuk berpikir abstrak lebih rendah daripada anak-anak pada umumnya. Meskipun mereka lebih lambat dibandingkan orang normal dan kadang-kadang mengalami kesulitan atau keterlambatan dalam berpikir, menanggapi rangsangan, dan adaptasi sosial, mereka tetap membutuhkan layanan pendidikan khusus karena mereka memerlukan lebih banyak waktu dan pengulangan untuk menyelesaikan tugas-tugas akademis dan non-akademis (Amelia, 2016)

Anak yang slow leaner memiliki sifat yang belum matang dalam interaksi sosial. Selain itu, anak-anak ini kesulitan mengikuti instruksi yang terdiri dari beberapa langkah, tidak memiliki keterampilan internal seperti keterampilan berorganisasi, dan kesulitan menyerap serta menggeneralisasikan pengetahuan. Anak-anak yang lambat belajar biasanya mendapat nilai buruk dalam penilaian prestasi. Namun, beberapa dari mereka dapat berfungsi secara efektif dalam hand-on meterials, yaitu materi yang telah diringkas dan disajikan kepada anak.

Terdapat beberapa penanganan yang dapat dilakukan terhadap anak yang mengalami slow leaner. Cara terbaik untuk membimbing anak yang lambat belajar adalah dengan membatasi panjang penjelasan materi pelajaran dan memberikan mereka tugas yang lebih sedikit daripada teman sebayanya. Karena verbalisasi hanya akan membingungkan anak, guru dan orang tua harus mencoba mengomunikasikan informasi dan instruksi visual sebanyak mungkin melalui taktik demonstrasi/pertunjukan.

Anak-anak yang belajar dengan lambat dapat memperoleh manfaat dari instruksi yang berulang, seperti mengulang suatu konsep tiga hingga lima kali lebih sering daripada anak-anak dengan kemampuan rata-rata. Untuk membantu anak-anak mengingat, penguatan diperlukan melalui kegiatan yang familiar dan bermanfaat yang dapat membantu dalam proses generalisasi. Konsep dapat diberikan hanya untuk meletakkan dasar bagi konsep yang diajarkan kepada anak-anak yang belajar dengan lambat.

Anak yang lambat belajar tidak perlu bersaing dengan anak yang lebih mampu. Pembelajaran dapat dimaksimalkan melalui pembelajaran kolaboratif. Selain itu, berikan mereka kesempatan untuk benar-benar berlatih dan bereksperimen dengan berbagai ide menggunakan materi nyata atau dalam skenario yang dibayangkan.

Pengajaran materi  baru dapat dibuat lebih mudah dipelajari oleh siswa yang lambat belajar dengan menghubungkannya dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Selain itu, siswa yang terlambat belajar merasa lebih mudah memahami dan mengikuti petunjuk yang mudah dipahami.

Karena orang tua adalah pendidik utama bagi anak-anak mereka, mereka harus menyediakan waktu khusus untuk membimbing masing-masing anak secara pribadi. Pendidikan anak-anak dapat dilanjutkan di rumah dengan melibatkan orang tua, seperti mengarahkan pekerjaan sekolah, berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, dan berinteraksi dengan para pendidik. Selain orang tua, guru juga harus mengetahui metode belajar yang disukai setiap anak; beberapa anak adalah pembelajar kinestetik, visual, atau auditori. Menerapkan strategi belajar yang tepat bagi mereka menjadi lebih mudah dengan pengetahuan ini (Khabibah, 2013)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun