Acapkali kudengar Ari mengadu pada ibu. Jika aku memamerkan permen bagianku yang pasti lebih banyak dari Ari kakakku. Aduan itu akan terhenti, saat Imlek. Jumlah uang di dalam angpau selalu sama. Dan selalu berjumlah genap.
"Isi angpau itu biasanya memang genap! Jumlah ganjil untuk kematian!"
"Oh!"
"Atau jika kau menikah, angpau akan berjumlah ganjil. Alasannya, biar cintamu tak terbagi!"
Aku tertawa mendengar penjelasan Ari. Bagiku, yang penting setiap tahun, mendapat angpau dari Ko Chen.
***
"Ko Chen hanya mengingat nama si bungsu dan namamu"
Itu kalimat ibu, saat memintaku untuk menemui Ko Chen. Walau sebentar kuikuti saran ibu. Jika datang, aku akan duduk di tepi ranjang. Ko Chen memegang tanganku, sambil mendengar cerita Ci An tentang enam anak lelakinya, enam menantu serta duapuluh satu cucu.
***
"Pasti mau minta angpau, kan?"
Ari menggodaku, karena berpakaian rapi. Kuajukan kepalan tanganku ke Ari yang tertawa. Sebelum ke rumah Ko Chen, Ibu memintaku sekalian mengembalikan wadah lontong yang pagi tadi diantarkan Ci An.