Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tujuh Belas Tahun Lalu

22 Desember 2020   18:21 Diperbarui: 22 Desember 2020   21:54 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sengaja kualihkan ingatan Mak Ijah, sambil menunjuk barisan pagar seng yang dilihat Mak Ijah.

"Bilangnya, dulu akan dibangun terminal. Tak lama terjadi demo, karena dibangun Mall."

"Oh! Kenapa tak..."

"Sejak lima tahun lalu, tak boleh ada kegiatan. Masih sengketa lahan."

Jari telunjuk tangan kiri Mak Ijah menunjuk satu papan pemberitahuan tentang status lahan, di bekas bangunan tua Belanda.

***


Suara mengaji sayup terdengar. Di arah barat, semburat jingga senja terlihat. Mak Ijah bangkit dari duduk di hadapku, bergegas membereskan barang-barang dagangan.

"Berapa, Mak?"

"Gak usah bayar! Tapi, kamu bantu pindahkan gerobak Mak ke jalan, ya?"

"Lah? Biasanya..."

Aku melihat perubahan tiba-tiba di raut wajah Mak Ijah. Mak Ijah memulai cerita, suaminya dulu bekerja saat pembangunan mall itu. Saat demo, tiba-tiba area kerja dipenuhi massa. Suami Mak Ijah Terkejut, kemudian terjatuh dari lantai dua. Dan meninggal satu minggu setelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun