Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Menjejaki Jalan Sunyi

20 Oktober 2020   21:15 Diperbarui: 26 Oktober 2020   18:17 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cahaya Lilin | Foto oleh icon0.com dari Pexels

Dan, kau tak perlu tahu!
***
"Mau ke mana?"
"Susu Dedek habis, Mas."
"Biar Mas yang beli!"

Kau terdiam. Tak lagi bersuara, kembali ke kamar. Sejak pagi kulihat kegelisahanmu. Dan, akulah penyebab semua itu. Hari itu, ulang tahunmu. Seperti biasa, aku mengerjakan semua tugasmu sebagai istri. Kau tahu kebiasaan itu, sejak tahun pertama pernikahan. Itu caraku.

Hingga menjelang menit terakhir pergantian hari. Tak ada puisiku. Di hari ulang tahunmu. Kusaksikan kau berbalik badan, ketika kuhampiri. Kau berikan punggungmu. Aku tahu, ada tangismu malam itu.

"Terima kasih. Sudah menjadi ibu, bagi anakku."

Kau pasti mendengar ucapan itu, walau berupa bisikan. Pertama kali kulakukan, setelah tiga tahun pernikahan.

"Mas jahat..."
***
Pagi tadi, Kubaca tulisan pada sepotong kertas kecil yang tertempel di gelas berkopi. Tulisan tangan anak gadismu.

"Selamat ulang tahun, Ayah!"
Kau mungkin tak akan pernah mengerti. Dan tak perlu tahu, caraku menjejaki jalan sunyi.
Pada masanya nanti. Kau harus tahu. Gadismu, seperti gadisku. Dulu.

Curup, 20.10.2020
Zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun