Di mata orang-orang yang sedang dalam perjalanan.
Hujan adalah semak belukar jalan setapak, yang memaku langkah agar berhenti berpijak. Sebagai jeda keteguhan hati yang disekap kebimbangan, menunggu atau melanjutkan pengembaraan.
Di kepala orang-orang yang berkelana dengan kata-kata.
Hujan adalah bisikan langit yang menembus relung hati. Menyimak satu persatu butiran yang terjatuh, tanpa ungkapan bernada keluh. Seperti kerelaan puluhan aksara pada pujangga, yang merantai kalimat dari ribuan kata-kata bernyawa.
Di hati orang-orang yang menggengam rindu.
Hujan adalah nyanyian sepi, yang disediakan alam untuk menemani nurani sunyi. Ketika keresahan pada cerita kehilangan, yang menggenangi kenangan masa lalu. Atau kegelisahan dari berita penantian, yang menghitung ulang waktu bertemu.
Di matamu.
Hujan adalah gelombang pasang, yang menghempaskan resah berbuih amarah. Menghancurkan sendi-sendi bangunan rasa, pada sekat-sekat tebal kecewa. Hingga kabar bahagia, terpuruk dalam selimut duka.
Aku airmata hujan, yang tersesat dalam persembunyian makna.
Curup, 13.01.2020
zaldychan