Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ketika Senja Mengeja Baris Aksara

10 Oktober 2019   22:36 Diperbarui: 10 Oktober 2019   22:39 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

pemakaman itu sejak tadi sunyi dari kebisingan suara. tak ada derai airmata, tak pula taburan aneka warna kelopak bunga. hanya ada lelaki tua dan temaram senja.

"Tuhan! Belum kutemukan juga!"

lelaki tua itu terus melangkah, sesekali berhenti di setiap tanah yang masih memerah. mengeja setiap aksara di papan dengan tinta hitam bertulis nama jenazah. wajah lelah itu menatap langit senja, berharap ada petunjuk tentang satu kata tanpa nama.

"Tujuh kali senja. Sembilanpuluh sembilan papan nama. Tak kutemukan pusara. Kau di mana?"

lelaki tua itu berbisik dalam hati. menjauhkan jejak kaki meninggalkan pemakaman sunyi. airmata mengiringi senandung risau rasa, ketika kata-kata tak lagi menikmati keindahan senja.

"Tuhan!  Biarkan esok kutemui..."

pertanyaan tak usai pada penutup doa yang panjang, menemani tubuh letih lelaki tua yang terbaring di ranjang. mata tua itu terpejam, tak lagi ingin terusik sapaan purnama atau legam malam.

pemakaman sunyi itu tak mampu menyimpan rahasia, sepasang kunang-kunang berduka di atas pusara lelaki tua. 

ketika senja mengeja baris aksara. pada nisan tertulis satu kata. cinta

Curup, 10.09.2019
zaldychan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun