"Tuhan! Belum kutemukan juga!"
lelaki tua itu terus melangkah, sesekali berhenti di setiap tanah yang masih memerah. mengeja setiap aksara di papan dengan tinta hitam bertulis nama jenazah. wajah lelah itu menatap langit senja, berharap ada petunjuk tentang satu kata tanpa nama.
"Tujuh kali senja. Sembilanpuluh sembilan papan nama. Tak kutemukan pusara. Kau di mana?"
lelaki tua itu berbisik dalam hati. menjauhkan jejak kaki meninggalkan pemakaman sunyi. airmata mengiringi senandung risau rasa, ketika kata-kata tak lagi menikmati keindahan senja.
"Tuhan! Biarkan esok kutemui..."
pertanyaan tak usai pada penutup doa yang panjang, menemani tubuh letih lelaki tua yang terbaring di ranjang. mata tua itu terpejam, tak lagi ingin terusik sapaan purnama atau legam malam.
pemakaman sunyi itu tak mampu menyimpan rahasia, sepasang kunang-kunang berduka di atas pusara lelaki tua.