"Duluan aja! Aku mau tinggal sebentar!"
"Tapi, dua Bapak polisi ini mau..."
"Tenang saja. Aku takkan lari! Pulang kemana?"
"Rumah Yai Jati!"
"Tunggu aku di sana!"
Tak lagi menunggu. Aku bergerak menuju kuburan Yai Jati. Duduk bersimpuh, mengeja doa yang aku ingat dan aku bisa. Sekaligus mengenang Yai Jati
**
"Maafkan aku, ya?"
Aku terkejut! Tanpa sebab, Yai Jati ucapkan kata maaf, saat ajukan segelas kopi hangat ke hadapku. Sejak menikah. Pagi itu, pertama kali aku bertemu. Saat Nyai Rumi memintaku mengantarkan gula dan kopi.
Seperti Yai Jati, yang tak kalah terkejut ketika melihat kedatanganku tadi. Hingga memaksa aku untuk singgah dan duduk berdua di dangau.
Sambil menunggu habiskan sajian segelas kopi. Aku menjadi pendengar. Yai Jati bercerita tentang kebun cabe yang terserang hama, hingga pucuk tangkai cabe yang menjadi keriting. Juga tentang aneka kabar baru yang didengar Yai Jati dari radio yang menemani kesendiriannya di dangau.