Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Those Three Words" [7]

27 Agustus 2019   08:15 Diperbarui: 27 Agustus 2019   08:23 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Hujan semakin deras. Azan isya terdengar sayup. Bercampur bunyi deraian butir hujan. Aku diam. Mencoba rangkai kata, agar tak lagi ada tangismu. Nyaris bersamaan, kau dan aku saling tatap. Kau tersenyum. Aku menunggu.

"Mas, besok Nik..."

"Ke rumah dulu, ya? Mas gak bisa jemput!"

"Iya. Jam berapa?"

"Acara mulai jam sembilan!"

"Nik datang pagi!"

"Tolong kawal Amak dan Abak di Auditorium!"

"Kan, untuk dua orang?"

"Itu, urusan Mas!"

Aku tertawa. Kembali menyalakan sebatang rokok. Kau tersenyum menatapku. Cuma sebentar. Wajahmu berubah serius.


"Mas! Tak apa, kan? Kalau besok Nik pakai..."

"Tetaplah jadi Nunik!"

"Hah?"

"Nunik besok hadir, kan?"

"Iya. Nik cuma..."

"Gak usah pikirkan macam-macam!"

"Kan, Mas wisuda? Maksudnya..."

"Bukan untuk Mas!"


Tak ada jawabmu. Matamu membaca wajahku. Aku tersenyum. Kau tidak. Coba pahami inginku. Kuacak kepalamu sambil tertawa.


"Kan udah Mas bilang? Wisuda itu untuk Amak! Nik, lupa?"

"Ingat!"

"Besok jangan bikin Amak susah!"

"Eh?"

"Biar besok, Amak tidah salah lihat menantu!"

"Haha..."

"Tetaplah jadi Nunik! Yang terpaksa ikhlas, mau Mas miliki!"

"Iiih..."

Bertubi cubitmu, hadir di bahu, lengan juga pinggangku. Tak menghindar. Aku tertawa. Cubitmu terhenti, saat pintu dibuka. Ibu kost berdiri di luar pintu, memegang payung. Tersenyum menatapku. Aku berdiri, menyalami.

"Besok wisuda, kan?"

"Eh? Nunik sudah umumkan di masjid, ya?"

"Haha..."

"Kenapa Ibu bisa tahu?"

"Pasti tahu! Orangtuamu datang?"

"Pagi tadi! Sekalian jenguk menantu!"

"Salam dari ibu, ya?"

"Siap! Nanti disampaikan!"

"Nunik sampai jam dua. Malam tadi. Benarin jubahmu!"

"Hah?"

Aku berbalik badan menatapmu. Kau hanya tersenyum. Masih duduk di bangku. Kembali aku memandang ibu kost yang tertawa. Kukira melihat reaksi wajahku.

"Maghrib tadi. Sampai rumah, Nunik langsung setrika..."

"Oh!"

"Ibu kira mau diantarkan malam ini! Karena pulang sendiri!"

"Gak! Tadi diantar! Karena maghrib, aku langsung mampir ke masjid."

"Iya! Nik udah bilang!"

"Sekalian mohon izin ajak Nunik ke..."

"Amak yang ajak, kan?"

"Waduh! Nik udah bilang juga?"

"Kenapa? Ada acara di kampung?"

"Belum tahu! Mungkin diminta segera nikah!"

"Maumu!"

"Haha..."

"Ibu ke warung dulu!"

Ibu kostmu tertawa. Sambil geleng kepala. Melangkah sambil memegang payung. Menembus hujan keluar pagar. Aku kembali duduk di sisimu. Cubitmu menyambutku. Aku tertawa. Kau juga.

"Sembarangan!"

"Memang!"

"Haha..."

"Nik gak mau?"

"Apa?"

"Nikah?"

Plak!

Itu jawaban spontanmu. Tak bisa kau sembunyikan, merah di wajahmu. Kau coba berpaling. Sengaja kuarahkan mataku ke wajahmu. Tak kulepas tatapan. Akhirnya kau biarkan.

"Mau atau tidak?"

"Iiih, Mamaas!"

"Jangan mau, ya?"

"Eh?"

"Mas belum izin sama Ayah dan Mamak Nunik, kan?"

"Haha..."

"Kapan dan apapun yang terjadi nanti! Mesti dapat restu!"

"Jika tidak?"

"Harus!"

"Semisal Ayah dan Mamak..."

"Nik mau, kan?"


Kau terdiam. Mengenal nada suaraku. Itu bukan lagi pertanyaan. Juga tak butuh jawabmu. Sesaat kau menatapku. Meraih gelas berkopi. Seraya tersenyum. Kau ajukan padaku. Tak kau biarkan. Kusentuh gelas itu. Aku mengerti inginmu.

Agak ragu, kureguk kopi dari gelas di tanganmu. Tawamu pecah, saat tanganku sibuk menghapus ampas kopi di sekitar mulutku.


"Gak ikhlas!"

"Haha..."

"Ditanya lain. Dikerjakan lain!"

"Mas gak butuh jawaban, kan?"

"Iya! Tapi Mas tahu!"

"Apa?"

"Alasan Nunik nangis tadi?"

"Apa?"

"Gegara begadang, kan?"

Plak! Pluk! Plak! Pluk!

 

zaldychan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun