Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Just for You" [9]

8 Agustus 2019   08:15 Diperbarui: 8 Agustus 2019   08:28 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Angkot putih jurusan Labor. Bergerak lamban, menuju jalan Cendrawasih. Kulirik jam di tanganmu. Lima menit lewati angka delapan. Kau tetap diam menatapku. Saat angkot lewati rumah kostmu. Kau tersenyum mengerti. Kuhentikan di depan masjid. Berdua segera turun. Angkot berlalu. Kau ikuti langkahku. Menuju percetakan mini.


Pintu akan ditutup. Tapi kembali dibuka, saat penjaga percetakan mini melihatku datang. Tak lagi bicara. Skripsiku sudah terbungkus rapi. Dalam kantong plastik besar. Kuucap terima kasih. Kau dan aku berjalan menuju rumahmu.

Kau segera masuk ke dalam rumah. Aku sendiri. Duduk di beranda, kukeluarkan isi kantong. Enam skripsi bertebaran di atas meja. Baru kusadari hadirmu. Saat segelas kopi diletakkan di meja. Kau duduk di sisiku. Meraih satu skripsi.

"Kapan Mas Jilid?"

"Rabu, usai maghrib!"

"Kenapa tidak..."


"Mampir? Mas diantar motor Pipinx!"

"Oh! Ini ditandatangan dulu baru dijilid?"

"Iya. Kan jadual berubah. Jadi main cepat aja!"

"Dekan belum?"

"Biar Ni Yul!"

"Hah?"

"Mas nunggu dua hari. Orangnya sibuk!"

"Tapi, Mas tidak lagi tendang pintu, kan?"

"Hampir! Makanya Ni Yul!"


Kau geleng kepala. Aku tersenyum, menunjuk gelas berkopi. Sambil tertawa. Kau ajukan gelas padaku. Masih terlalu panas. Kureguk sedikit, kuletakkan gelas di meja. Nyalakan sebatang rokok. Kau kembali menekuri skripsiku. Perlahan wajahmu berubah. Skripsiku tutupi wajahmu.


"Kenapa?"

"Mas..."

Bicaramu terhenti. Tetiba, cubitanmu singgah di lenganku. Kau ajukan skripsi di tanganmu. Aku tahu. Kau baca halaman persembahan. Kuubah menjadi halaman persembahan cinta.


"Gak salah. Kalau Pak Il pernah bilang..."

"Mirip surat cinta?"

"Ada puisi juga!"

"Haha..."

"Boleh, ya?"

"Kan, gak dilarang?"


Lagi, kau geleng kepala. Ekspresi wajahmu berubah-ubah. Kau baca setiap kalimat. Dua halaman, selesai kau baca. Kukira minatmu lenyap. Menyigi isi. Kau tutup skripsiku. Diletakkan di meja.

Tak seperti biasa di penghujung september. Malam itu cerah. Orang-orang ramai lalu lalang. Di jalan depan rumah. Berkelompok, berpasangan atau sendirian. Tapi tidak di beranda. Asap rokokku temani sunyi.


Kau diam. Tundukkan wajah. Mata air matamu. Hadir lagi malam itu. Aku diam. Menunggu usai tangismu. Perlahan. Kau angkat wajahmu. Dua tanganmu mencengkram lenganku.


"Makasih, Mas!"

"Untuk?"

"Sudah..."

"Kenapa menangis?"

Tak ada jawabmu. Kau diam. Kutatap lekat matamu. Bulir bening itu, penuhi dua sudut matamu. Aku mengerti sebab tangismu. Kubiarkan puisi itu jadi prasasti. Apapun akhir kisah. Antara kau dan aku.

"Mas..."

"Hapus dulu air mata itu!"

"Maafkan Nunik."

"Jangan nangis lagi!"

"Nik belum bisa..."

"Udah! Gak usah dibahas..."

"Tapi..."

"Mas pulang, ya?"

Kau tahu nada itu. Juga paham caraku. Erat cengkram tanganmu. Jawabmu untukku. Kuraih gelas berkopi, ajukan ke hadapmu. Kau geleng kepala. Kembali kuajukan. Kau tersenyum, mereguk isi gelas. Cengkraman tanganmu beralih jadi cubitan jarimu. Kuusap kepalamu.


"Nunik sengaja bikin jadual?"

"Hah! Jadual apa?"

"Setiap bertemu nangis?"

"Biar!"

"Biasanya, susah senang bersama! Nunik malah..."

"Biar!

"Tahu, Kalau Nik nangis Mas jadi susah?"

"Biar! Eh, Mas..."

"Haha..."

#Nik

#ThereisaWay #SpeakYourMind #UnforgettableMoment # AmanofTheWorld #JusforYou

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun