"Kamu kenapa, Dek?" tanya Riana ke Chika di kursi depan ruang TV.
Chika masih terdiam. Menunduk. Bibirnya terkunci. Membuat Riana sedikit merasa iba dengan adik satu-satunya itu.
Tiba-tiba saja pelukan itu mendarat di badan Riana. Tangan si gadis kecil itu sangat hangat, memeluk kakaknya dengan penuh haru.
Riana memang masih sangat muda, tapi Riana tahu apa arti dari pelukan  adiknya itu. Riana tahu betapa adiknya sangat merindukan orang tuanya. Apalagi ini hari kelulusannya, tentu seusia Chika akan sangat berharap untuk didampingi sama salah satu dari orang tuanya.
"Sudah ya, adiknya kakak ga boleh sedih. Nanti kita beli ice cream. Mau?" Riana berusaha menghibur adiknya dengan menjanjikan ice cream.
Chika mengangguk. Wajahnya menoleh ke kakaknya dengan penuh antusias. Tidak lama, senyuman itu kembali merekah dari bibir mungilnya.
"Nah, begitu dong ...."
***
"Maksudnya ibu sudah ga ada gimana sih, Kak?" tanya Chika dengan nada polosnya. Riana sampai tidak habis pikir, bagaimana bisa Chika tahu? Sedangkan Riana sama sekali belum memberitahunya.
"Kak ... kok diam?"
Riana tersadar dari lamunannya. "Iya ...."