"Ya Allah ... aku harus bagaimana? Aku bingung Ya Allah ...." Pikiran Riana terus bergejolak.
***
Suatu hari, Chika mau lulus pendidikannya di PAUD. Hari itu adalah hari perpisahan sekaligus pengambilan raport. Sebelumnya, Chika sudah memberikan sebuah surat undangan dari pihak sekolahnya kepada Riana, kakaknya. Lagi-lagi, ini benar-benar membuat Riana bertambah bingung. Bingung sejadi-jadinya.
Seusia Riana, yang masih kelas dua sekolah menengah pertama, tentu itu menjadi hal yang tidak mudah.
Jika mendapati situasi yang menurut Riana sangat berat. Maka Riana akan memberitahu kepada nenek dan kakeknya. Beruntungnya mereka, karena nenek dan kakeknya masih segar. Selama ini mereka yang menghidupi dan menyekolahkan Riana dan Chika.
"Nek, besok tolong nenek yang hadir di acaranya Chika ya." Chika mengadu ke neneknya. Tidak lupa, memberikan sepucuk surat undangan tadi agar dapat dibaca neneknya. Tatapannya begitu datar.
"Iya, Na. Nenek pasti temani," ucap Nenek Riana.
"Makasih ya, Nek. Andaikan ibu dan bapak masih ada. Pasti ...." Chika tiba-tiba mengucapkan kata itu.
"Syut ... sayang, ini sudah kehendak Allah, Nak. Jangan seperti itu. Allah sayang sama orang tua kalian. Kalian doakan saja, jangan lupa sering kirim surat al fatihah dan bacaan al Qur'an ya, Nduk."
Riana hanya mengangguk. Kemudian pelukan itu tiba-tiba Riana berikan ke neneknya. Betapa Riana sangat sedih. Tapi, Riana berusaha kuat. Riana harus kuat demi Chika.
***