Mohon tunggu...
Yuswanto Raider
Yuswanto Raider Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru dan penulis lepas yang lahir di Surabaya pada 14 Februari 1974. Sejak tahun 2005 saya tinggal di Desa Kembangsri Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

Hobi saya merawat tanaman, traveling, outdoor learning, dan advokasi kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Koki Ku Sayang, Koki Ku Malang

27 Mei 2021   03:23 Diperbarui: 27 Mei 2021   03:32 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI : Tampak seorang perempuan dalam pelukan suaminya yang masih menggandeng lelaki lain. Sungguh tak terpuji perempuan itu. Sumber Foto : www.intisari.grid.id

"Memangnya tidak bisa Mama bawah pulang? Kasihan anak-anak kita, Ma. Jam segini mereka baru makan, lho?!?" ucap Si Gendut sembari mengelus rambut putri keduanya.

"Ndhak bisa, Pa. Datanya ada di lemari kerja ku. Kalau aku bawah pulang jelas tidak boleh sama Pak Kades," kilah Bu Sekdes yang tampak mulai sebel meladeni pertanyaan suaminya.

"Ya sudah kalau memang seperti itu. Cuman lain kali bila bisa dikerjakan dirumah, Mama bawah pulang saja. Siapa tahu Papa bisa bantuin ngerjakan," ujar Si Gendut sambil menggendong putri keduanya masuk ke kamar.

Tanpa menjawab pertanyaan suaminya, Bu Sekdes bergegas ke kamar mandi sambil bergumam sendiri. Sepertinya Bu Sekdes tak suka dengan gaya pembicaraan suaminya. Sedangkan dalam hati Bu Sekdes cuman ada satu rasa, ya rasa bahagia bersama mantannya selama setengah hari tadi.

Hari berganti hari, makin lama perilaku Bu Sekdes bagai seorang pejabat penting melebihi kesibukan camat. Dirinya sok sibuk, baik di rumah maupun di balai desa. Ibaratnya, seluruh perangkat desa tidak ada yang bisa kerja dan hanya dia yang bisa. Bila dirumah, selalu beralasan capek dan masih banyak pekerjaan yang belum diselesaikan di balai desa.

Hingga suatu hari, keadilan pun datang bagi Si Gendut. Lelaki yang sangat bertanggungjawab pada keluarga itu, harus menelan pil pahit atas perilaku istrinya. Mata dan kepalanya menjadi saksi atas kebobrokan mental dan perilaku istrinya. Meski tak mampu berbuat apapun, sebagai lelaki normal, Si Gendut juga merasakan kepedihan dan sakit hati yang teramat sangat.

Nasib naas yang dialami Bu Sekdes, berawal dari alasannya untuk telat pulang hari itu. Ternyata dirinya sudah janjian dengan mantannya. Ironisnya, mereka berjanji ketemu di balai desa. Tentu saja setelah kepala desa dan seluruh perangkat desa pulang. Tak butuh waktu lama, sesaat kemudian lelaki kurus berkulit hitam itu pun mengetuk pintu ruang tamu balai desa. Dia lah sang mantan bu Sekdes.

Mental bu Sekdes makin kelihatan bobrok dan merusak martabat perempuan sekaligus perangkat desa. Mantan nya pun diajak memadu kasih di sofa balai desa. Setelah babak pertama usai, mereka pun tampak rebahan di sofa dan menikmati romantisme ruang tamu balai desa.

Sementara itu, tanpa diketahui bu Sekdes, suaminya lewat di jalan raya yang berada tepat di depan balai desa. Awalnya kecurigaan datang dari lokasi parkir. Motor matic bu Sekdes memang ada di parkiran. Tapi motor sport yang bukan milik perengkat desa juga tampak terparkir disitu. Dari sinilah si Gendut mencoba mencari tahu.

Motor yang dikendarai si Gendut pun dimatikan sebelum memasuki pagar balai desa. Motor diparkir tepat dibalik pagar supaya tidak ketahuan istrinya. Sambil mengendap-endap, si Gendut memutar jalur perjalanannya melewati lapangan belakang balai desa. Lewat ventilasi udara ruang tamu balai desa, si Gendut pun merekam apa yang sedang diperbuat istri dengan mantannya.

Bagai disambar petir di siang bolong dan dengan menahan sesak di dada, si Gendut mencoba tenang. Emosinya yang memuncak pun diredahkan dengan mengingat kedua anaknya dirumah. Sementara dirinya sekarang hanya mengandalkan rekaman video dari smartphone miliknya. Tegarnya, usai merekam adegan bu Sekdes dan mantannya, si Gendut pun beranjak meninggalkan balai desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun