Mohon tunggu...
Yuswanto Raider
Yuswanto Raider Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru dan penulis lepas yang lahir di Surabaya pada 14 Februari 1974. Sejak tahun 2005 saya tinggal di Desa Kembangsri Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

Hobi saya merawat tanaman, traveling, outdoor learning, dan advokasi kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Celoteh Sang Murid #7

5 Agustus 2020   05:49 Diperbarui: 5 Agustus 2020   05:44 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya sih. Memang Bu Sophie ini simple ngasih pelajaran dan tugasnya. Sayangnya kita disuruh beli buku, modul, dan LKS. Tapi kita kan tetap harus ngikuti semua itu, Gus!?"

"Biar jelas, tak kasih tahu kamu, Nem. Guru itu nyuruh kita beli buku, modul, dan LKS tak hanya sekedar memudahkan pelajaran dengan memerintah kita. Namun, mereka dapat uang banyak kalo bukunya terjual banyak ke muridnya. Dengar-dengar, guru mendapatkan 60% dari nilai beli kita. Bayangkan kalo buku itu harganya Rp.70 ribu. Berapa banyak yang didapatkan guru kita?" celetuk Agus kian masam saja wajahnya.

"Oke, Gus. Jadi paham aku sekarang!" jawabku sembari memutuskan komunikasi malam itu.

Dalam pikiran ku, muncul banyak pertanyaan yang sulit untuk aku jawab. Utamanya masalah oknum guru yang sengaja menjual buku, modul, dan LKS pada murid-murid yang diajarnya. Bagai buah simalakama urusan ini. Tapi kenapa gurunya tidak paham aturan dan tidak mengerti kondisi di masa pandemi Covid-19 ini?

Ternyata, adanya oknum guru yang jual buku, modul, dan LKS pada muridnya, tidak hanya terjadi di sekolahku. Beberapa teman yang dari sekolah lain, juga mengalami hal serupa. Rupanya kondisi pandemi covid ini justru dimanfaatkan sama oknum guru yang materialistis dan tak pandai bersyukur.

Bagaimana pendidikan di negeri ini bisa maju, bila gurunya yang jelas-jelas bergaji double saja masih serakah? Apakah itu kualitas guruku? Atau hanya sebagian oknum guru yang tak pandai bersyukur atas nikmat Allah SWT.?

Nyatanya puluhan teman ku sudah membeli buku, modul, dan LKS dari Bu Shopie. Tak hanya di mapel yang dipegang Bu Shopie, ternyata ada mapel lain dan oknum guru lain yang ikut-ikutan jualan buku, modul, LKS pada muridnya. Ironisnya oknum guru itu sudah mengantongi sertifikat pendidik. Asumsinya, pemerintah salah memberi guru yang tak kompeten itu dengan tunjangan sertifikasinya.

Akhirnya, dari relung hati terdalam, aku hanya bisa berdoa : Semoga guruku itu cepat disadarkan atas kekeliruannya. Semoga guruku itu cepat memahami kondisi muridnya dirumah. Semoga guruku itu cepat belajar bersyukur agar tak materialistis lagi suka makan uang muridnya untuk menafkahi anak istrinya.

Sungguh, fakta-fakta seperti ini harusnya mendapatkan perhatian dari pihak-pihak terkait. Setidaknya para oknum guru itu diberi pelajaran tentang bagaimana memperlakukan murid. Khususnya di masa pandemi Covid-19 yang serba terbatas gerak kita ini. Bila oknum guru itu masih hobi jualan buku, modul, dan LKS pada muridnya, tentunya layak bila sertifikat pendidik yang dimilikinya dicabut pemerintah. Semoga ini menjadi pelajaran bagi guru-guru yang munafik dan tak pandai bersyukur.***

#BelajarDirumah #Kemendikbud #MasaPandemiCovid19 #SekolahKita #MuridSMA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun