Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Lulusan Universitas Ternama, tetapi Mentalitas Pegawai

26 Juli 2019   12:02 Diperbarui: 26 Juli 2019   16:19 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Viral, Tidak Layak Gaji 8 Juta

Menjadi viral "seorang lulusan, "fresh graduate" universitas ternama di Indonesia merasa tidak layak saat ditawari pekerjaan dengan gaji 8 juta rupiah perbulan". Yang berarti, angka 8 juta itu masih sangat kecil dibandingkan dengan nama universitas tempat dia diluluskan. Entah berapa puluh juta rupiah yang layak menurut dia.

Bagi saya tidak terlalu menarik untuk membicarakan tentang angka rupiah yang layak atau tidak layak bagi seorang fresh graduate untuk sebuah pekerjaan yang di tawarkan atau yang memang dicari. Tetapi yang lebih mendasar adalah mentalitas dan sikap dari lulusan universitas ternama ini.

Merasa lulusan universitas ternama bahkan nomor satu di Indonesia, tetapi mentalitasnya sekedar pegawai dan mencari gaji saja. Apa kata dunia? Lalu, apa bedanya dengan lulusan univeristas lain yang juga mencari kerja dan menerima gaji?

Meminta gaji yang besar untuk sebuah pekerjaan yang ditawarkan sesungguhnya merupakan mentalitas seorang karyawan atau pencari pekerjaan. Dia mencari kerja dan berusaha meminta gaji yang besar. Tidak ada yang salah dengan ini, tetapi ada perbedaan yang sangat besar antara mentalitas pegawai dengan mentalitas non pegawai.

Saya masih ingat lebih dua dekade yang lalu, seorang Profesor yang masih muda dan ahli di bidang manajemen kualitas, ketika di minta menjadi konsultan di beberapa perusahaan besar. Ketika ditanya berapa biaya yang harus di keluarkan oleh perusahaan untuk jasa konsultasi yang diberikan, dia memberikan jawaban yang mecengangka.

Guru besar ini berkata, kalau saya gagal membantu perusahaan Anda, jangan membayar apapun kepada saya. Tetapi kalau berhasil, bayarlah saya "sekian persen" dari nilai penghematan yang dicapai sebagai hasil pekerjaan saya.

Mentalitas Employee versus Entrepreneurship

Ketika saya mulai menjadi mahasiswa tepat 40 tahun yang lalu, ada kami diajarkan satu mata kuliah bernama Kewirausahaan atau Entrepreneurship. Ini pelajaran yang sangat baru di lingkungan kurikulum Fakultas Ekonomi. Dan karena masih baru, referensi atau sumber belajar seperti buku-buku masih sangat langka.

Yang sangat saya ingat dan betul-betul terpatri dalam pikiran saya adalah bahwa setiap fresh graduate ada dua pilihan setelah lulus. Pertama, menjadi pegawai atau karyawan dan mendapatkan gaji sesuai aturan perusahaan, dan kedua, menjadi seorang entrepreneur, memiliki bisnis sendiri dan mendapatkan hasil yang bukan gaji tetapi lebih dari gaji, yaitu deviden, kepuasan hidup, membuka lapangan kerja dst.

Kedua pilihan ini masih sangat relevan hingga kini. Memang tidak mudah untuk memilih opsi kedua. Dan lulusan perguruan tinggi lebih banyak mengambil opsi pertama. Menjadi karyawan atau pegawai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun