Mohon tunggu...
yuniar rosyidah
yuniar rosyidah Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Pembelajar karya tulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bunga Mekar Pukul Empat

7 April 2021   15:39 Diperbarui: 7 April 2021   15:50 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hai para bidadari Dunia

Sayap nan indah putih kau kepakkan di atas pegunungan

Mata bulat bagai rembulan

Sayu, kelopak sipit kulit putih susu

Indah dan keindahan yang hanya ada pada dirimu

Bersihnya kulitmu, dan cahaya yang menyinarimu nampak kemilau 

Hai bidadari dunia

Bibirmu nan indah dan manis sekali

ucapanmu yang terasa merdu dan menenangkan hati

Aku merindukanmu sekian purnama

Banyak hal yang terjadi padaku

Tak pernah sekalipun telinga indahmu mendengarkan rintihan kerinduanku

Sungguh kekagumanku hampir berhenti pada titik dimana aku memandangmu

Sinar matahari menyinari ku dari sorot dedaunan..

Kau halangi ia menyentuh kulitku,

Semakin kau berusaha menjangkau sinar matahari agar tak menyinari kulit-kulitku

Semakin kau terbakar bagai arang

Teriakanmu memekikkan telinga penjuru dunia

Ku terdiam pasrah mengadu pada langit

Langit memberikan petuah bahwa aku harus kuat dan tegar dalam kegelapan

Disinilah tempatku banyak belajar 

Langkah demi langkah, perih demi perih, bahkan nafas yang menyesakkan pun sudah aku lalui

Akar-akar pepohonan yang melintang, duri yang menusuk hingga darah mengalir bagai sungai pernah aku rasakan

Bumi yang terang namun hanya pada dirikulah yang engkau halangi dari sinar matahari,

Entah apa tujuanmu, melindungiku dari panasnya matahari atau kau renggut cahayaku

Bidadari dunia..

Aku sangat mengagumimu lebih dari diriku menyayangi tanamanku, kucing peliharaanku

Namun keindahanmu hanya dapat menyiksa diriku

Bidadariku kini kau telah kulepas untuk bebas

Kekagumanku telah sampai pada titik dimana aku berdiri menekuk segala bentuk overthinking dan haluan lubang hitam

Tepat ku berdiri disamping bunga terompet (bunga pukul empat)

Kupasrahkan segalanya,

Ku letakkan segala bebanku, kekagumanku, kesedihan, kesengangan, dan emosi jiwaku

Benar-benar kupasrahkan dan kujalani apa yang ada di hadapanku

Kau lengah dari penjagaanmu terhadapku

Tepat pukul 4 cahaya matahari menembus kulitku dan bunga terompet

Menyingsingnya matahari membuka katup-katup mahkota bunga

Inilah Kemekaran yang tak dinanti tapi pasti

Inilah hadiah dari sang penguasa kehidupan untuk mempersembahkan keindahan tepat dihadapanku

Analogi sederhana kehidupan 

Penulis: Yuniar Rosyidah 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun