Tak pernah sekalipun telinga indahmu mendengarkan rintihan kerinduanku
Sungguh kekagumanku hampir berhenti pada titik dimana aku memandangmu
Sinar matahari menyinari ku dari sorot dedaunan..
Kau halangi ia menyentuh kulitku,
Semakin kau berusaha menjangkau sinar matahari agar tak menyinari kulit-kulitku
Semakin kau terbakar bagai arang
Teriakanmu memekikkan telinga penjuru dunia
Ku terdiam pasrah mengadu pada langit
Langit memberikan petuah bahwa aku harus kuat dan tegar dalam kegelapan
Disinilah tempatku banyak belajarÂ
Langkah demi langkah, perih demi perih, bahkan nafas yang menyesakkan pun sudah aku lalui
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!