Mendadak Khalisa  gelisah. Senja sudah sempurna mengguratkan rona jingga di angkasa. Batang-batang padi yang masih  hijau pupus  bergoyang-goyang tertiup angin . Di sisi samping rumah itu kembali dia duduk memandang ke kejauhan. Sendiri tanpa suara. Sementara teman-temannya telah mengurung diri di kamar.
      Para lelaki itu ternyata hanya singgah sesaat di dalam hidupnya. Datang dan pergi sesuka hati sesuai keperluan.  Menganggap Khalisa adalah tempat berteduh sesaat kala mendung menghalangi perjalanan atau penat menghambat langkah. Bahkan kala kesendirian menyergap dalam perjalanan panjang yang menjemukan, Khalisa adalah beranda yang terbuka bagi mereka. Tempat berteduh dan beranda yang akan ditinggalkan ketika mereka telah sampai tujuan. Artinya Khalisa siap untuk dilupakan ketika ditinggalkan. Inikah peran yang disandangnya kini? Menggembirakan hati para lelaki yang sedang sendiri dan kelelahan.
      Trinita yang tiba-tiba telah berdiri di sampingnya tanpa diketahui kedatangannya membuatnya terkejut. "Ayo jalan-jalan  ke  BTM Mbak !"Â
      "Nggak ah, nggak ada duit," tolaknya.
      "Aduh Umi, jalan-jalan mah kagak perlu duit. Cukup ongkos angkot doang ," Dini menimpali dari belakang. Sudah cantik dengan riasan lengkap. Sangat riskan kalau sampai jadi incaran oom-oom di  sana nanti.
      "Iya, kita harus ajak Bu Lisa. Kalau dibiarkan sendiri mojok pegang HP seperti ini bisa merusak sistem," celetuk Rinta berlagak seperti ilmuwan sosial.
      "Sistem apa yang rusak?" balas Khalisa.
      "Sistem keluarga," sahut Rinta cepat. "Dengan Ibu kirim SMS ke suaminya orang akan merusak sistem. Tadinya Ibu di luar sistem kemudian memasuki sistem yang sudah kokoh. Pelan-pelan sistem itu rusak  atau bahkan bisa hancur karena Ibu memaksa masuk ke dalam sistem."
      "Ah, teorimu ngacau," sergah Khalisa.
      "Umi, kemarin aku ketemu Pak Akbar. Dia titip salam buat Umi,"  kata Ica  dengan sumringah, " Katanya besok Minggu mau diajak badminton. Setelah itu diajak jalan-jalan di pasar pagi kampus kita."
      "Aku juga kemarin siang ketemu Pak Anwar di Fapet. Dia sudah mulai bimbingan. Katanya dia mau main ke sini tapi nggak tahu kenapa nggak jadi," sambung Trinita.