Dion terperangah. Ia seperti tak lagi mengenali perempuan ini. Khalisa yang dulu selalu menghambur ke pelukannya kini menatapnya tanpa ekspresi. Ke manakah perginya  binar indah penuh gairah cinta itu ? Mata yang menyihirnya agar berada dalam  dunia dongeng penuh cinta. Sudah sedemikian dalamkah luka di hati perempuan ini?
   "Kamu tidak ingin memelukku?" tanya Dion setengah berbisik yang berbalas senyum hampa.
   "Dion, untuk apa kamu ketemu aku ?" pertanyaan Khalisa terasa menusuk.
    Dion terkejut mendenggar pertanyaan seperti itu. Khalisa selalu menerimanya dengan riang setiap kali ia datang tetapi kini kenapa ia seperti meradang.
   "Ada banyak hal yang ingin kukatakan kepadamu," ujarnya dengan suara ditahan.
   "Oke, sekarang kamu check in dulu  lalu kita ke luar cari makan dan di sana kamu bisa mengatakan banyak hal yang ingin kamu katakan kepadaku," sahutnya ketus.
   "Lisa, ada apa denganmu?" sorot mata Dion menghujam tajam. Khalisa mengelak dari sorot itu. "Oke, aku ikuti kamu." Dion terpaksa mengalah karena ia tahu Khalisa bisa saja berubah pikiran nanti.
Setelah berada di dalam kamar Khalisa duduk terdiam di atas tempat tidur. Â Dion mengikuti duduk di sebelahnya. Udara yang mengaliri ruangan menyejukkan hati keduanya kini namun entah apa yang terjadi nanti.
   "Apa yang ingin kamu katakan kepadaku?" desaknya.
Dion menghela napas panjang. Ia tak menduga akan secepat ini sampai pada persoalan utama. Tadinya ia berharap bisa bermesraan terlebih dulu. Ingin mendekap erat merasakan kehangatan tubuh Khalisa dan ciuman dahsyatnya yang tak akan pernah didapatkan dari perempuan mana pun
   "Kamu mau makan dulu?" tawarnya mencoba menenangkan Khalisa. "Kita pesan saja ya?"