Mohon tunggu...
Dr Yundri Akhyar
Dr Yundri Akhyar Mohon Tunggu... Dosen - menulis, menulis dan menulis

menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teknologi Jadi Ulama

27 Desember 2021   19:29 Diperbarui: 27 Desember 2021   19:33 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Maka banyak masyakarat Islam menginginkan anak-anaknya menjadi ulama, karena keutamaan dan manfaatnya untuk mengatasi persoalan ummat luar biasa.

B. Berikan Nafkah Terbaik untuk Calon Ulama

Jika ada orang yang bertanya tentang apa infaq terbaik, maka sampaikan bahwa infaq terbaik adalah nafkah yang halal yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan anak. Kenapa? Karena di dalamnya terkadung usaha mencapai tiga dimensi amal yang tidak terputus, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh mendoakan orangtuanya (Ibnu Sotopo Yuono).

Dengan demikan, kirimlah harta yang terbaik, yang terbersih yang terhalal untuk anak yang sedang menuntuk ilmu di pesantren, karena jika seseorang memakan makanan yang halal dan bersih, tentu hatinya akan tenang, ringan dalam belajar dan mengamalkan mengamalkan agama dan bisa jadi ulama.

 Namun sebaliknya jika makanan yang haram dan syubhat yang diberikan kepada anak, tentu ia merasa berat dan malas menjalankan agama, pikirannya tidak fokus dan hatinya gelisah tidak tenang. Sungguh beruntunglah anak yang orangtuanya perhatian terhadap makanan anaknya, ia memang betul-betul serius memperhatikan jangan sampai anak memakan makanan syubhat apalagi haram.

C. Menghindari Makanan Haram sebagai Teknologi Menjadi Ulama


Dasar teknologi agar anak jadi ulama itu adalah menjaga makanannya, jangan ada memakan makanan yang haram, maka seorang ayah mesti menjaga diri dan keluarganya dari makanan yang haram, kemudian sebagian rezeki yang didapatkan disedekahkan pada fakir miskin dan membantu anak-anak yatim, membantu lembaga pendidikan agama, dan kebaikan lainnya. Ini dasar tekhnologinya seorang ayah menjadikan anak menjadi ulama.

 Membina anak menjadi ulama yang shaleh bukan mudah, perlu dukungan orangtua, halal haram mesti diperhatikan, anak mesti dilatih untuk hidup sederhana, dibimbing baik-baik, lurus dalam kehidupan keluarganya tidak miring, amalkan agama dalam keluarga, dijauhkan dari virus-virus dunia yang membuat anak lalai, perbanyak pengorbanan, perbanyak doa, masukkan anak ke pesantren jangan ke sekolah umum, pesantren itu jalannya. Apabila anak telah jadi ulama, sungguh nikmatnya akan terasa luar biasa. Seorang ulama tentu nilai dan harganya mahal dibandingkan dengan orang-orang awam, ia akan bisa menjadi payung besar, pembina  dalam keluarga, masyarakat dan agama.

D. Belajar dari Kisah Maulana Yakub

 KH. Uzairan pernah bercerita, kata beliau dulu itu ada ulama yang namanya Maulana Yakub, beliau berdoa kepada Allah agar perutnya jangan dimasuki makanan haram akhirnya dikabulkan oleh Allah. Jika ada makanan yang haram dimasukkan ke mulutnya itu cuman berputar-putar saja tidak masuk masuk. 

Suatu hari beliau diundang makan oleh santrinya dan santrinya ini adalah seorang polisi ini bukan berarti bukan menceritakan  di kepolisian haram rezekinya. Ini  cerita polisi zaman dulu, muridnya yang polisi ini banyak serabut sana serabut sini padahal dia mengerti agama, pada suatu hari santri jadi polisi ini akhirnya terpikir mau mengundang kyainya ke rumah, maka ia siapkan makanan yang betuk-betul halal maka dia bekerja sebagai polisi itu sampai jam 3 sore setelah itu dia lembur cari pekerjaan lain di luar yang betul-betul halal itu disimpan uangnya sedikit-sedikit terus diberikan kepada istrinya dengan menjelaskan pilahannya, ini uang yang bekerja sebagai polisi yang bercampur dengan uang-uang syubhat dan ini uang dari bekerja lembur khusus halal 100%. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun