Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Jadi, Sampah Lebaran

11 April 2024   04:20 Diperbarui: 11 April 2024   04:39 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saling Memaafkan  (sumber : pribadi, bing.com) 

Ah. Ini bukan iklan. Bukan iklan, seorang anak yang melihat sampah selepas melaksanakan shalat idul fitri. Tetapi, kejadian ini pun, memang bukan sekedar iklan, melainkan sebuah kenyataan. Kenyataan dalam kehidupan kita saat ini, hari ini, dan tidak jauh dari kehidupan kita di sini.

"Ayah, bagaimana sampah-sampah bekas lebaran ini di tinggalkan ?" ungkap seorang anak turut serta orangtuanya melaksanakan ibadah shalat idul fitri di lapangan, dan kemudian melihat kenyataan hari itu. Sebuah gejala yang ironik dalam kehidupan kita. Baru saja terjadi, dan mungkin jadi, seringkali terjadi. 

Sewaktu pagi. Banyaklah berebutan. Karena merasa sangat membutuhkan, lembaran kertas koran itu, diperebutkan banyak orang. Tidak sedikit yang merasa kecewa karena tidak mendapatkannya. Sebagian diantaranya juga, banyak yang rela mengeluarkan pengorbanan yang tidak kecil untuk ukuran selembar kertas. Sekedar lembaran kertas koran.

Seakan melupakan pengorbanan yang dikeluarkan sebelumnya, sesuatu hal yang dianggap tidak berguna lagi, kemudian ditinggalkannya. Begitukah manusia ? atau begitulah kehidupan ?

Seakan melupakan manfaat yang pernah dirasakan dan dinikmati sebelumnya, sesuatu yang dianggap sudah tidak memberikan manfaat lagi kepada dirinya, kemudian lembaran kertas koran itu pun ditinggalkannya. Begitukah manusia ? atau begitulah kehidupan ?

Begitulah kehidupan ?! 

Keheranan bocah cilik itu, ternyata keheranan yang sesaat. Karena, dalam beberapa detik kemudian, muncullah sejumlah orang yang berusaha memungut sampah-sampah lebaran itu, untuk dikumpulkan. Dikumpulkannya dalam satu tempat, dan kemudian dia lakukan langkah kehidupan berikutnya.

Satu kelompok. Ada yang mengumpulkan sampah-sampah itu, untuk sekedar mengumpulkannya. Karena dirinya adalah petugas kebersihan. Mengumpulkan dan membuangnya adalah kehidupannya, sampah itulah yang menjadi sumber kehidupannya.  Kelompok ini sekedar memindahkan sampah lebaran dari satu tempat ke tempat lainnya, dan sampah lebaran tetaplah menjadi sampah lebaran di tempat lain.

Satu kelompok lagi, mereka mengumpulkan sampah lebaran dengan maksud untuk dikumpulkan, dan dijualnya ke pengepul kertas lainnya. Kelompok ini pun sekedar memindahkan sampah lebaran dari kelompok satu ke kelompok lainnya, dan sampah lebaran tetaplah menjadi sampah di tempat orang lain.

Satu kelompok lagi datang dengan maksud untuk mengumpulkan dan mengolahnya. Onggokan kertas, yang dianggap tak berguna, banyaklah sudah terubah menjadi kompos, atau malah menjadi bahan dasar daur ulang kerajinan unik ditangan-tangan kreatif. 

Sampai di titik ini, dihadirkan kembali  kegelisahan awal, itulah kehidupan atau itukah kehidupan ?!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun