"Eh, dagingnya lembut," kata teman saya. Kami mengangguk. Ya, memang lebih lembut dari bakso biasanya.Â
Bakso panas, kwetiau, saos juga kecap melengkapi hidangan siang itu. Kombinasi bakso juga rasa lapar membuat satu kata tercipta yaitu "sedap".Â
Sambil mengaduk bakso saya tiba- tiba saja berpikir, kalau tampilannya seperti ini, berarti bakso gepeng ini tidak bisa disebut 'meatball' pastinya. Â Lalu apa namanya?
Mbakso bukan sekadar tentang mengeyangkan perut yang lapar, melainkan tentang ritual kebersamaan yang hangat
He..he... rumit amat. Urusan nama biar nanti saja. Tak peduli seberapa gepeng bentuknya atau seberapa jauh asal-usulnya, esensi "mbakso" bagi kami tetaplah sama.Â
Mbakso bukan sekadar tentang mengeyangkan perut yang lapar, melainkan tentang ritual kebersamaan yang hangat.
Dalam semangkok bakso yang beruap, kami bisa  menemukan ruang untuk berbagi cerita juga tawa, dan rasa pedas bisa mengisi kembali semangat kami untuk melanjutkan hari.Â
Ya, Â mbakso adalah simbol persahabatan yang sederhana namun penuh rasa.
Salam kuliner...:)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI