Ya, dari zaman dulu sampai sekarang saya belum pernah merasakan roti yang lebih enak daripada buatan Mbah Nem.
Roti goreng dengan rasa empuk, gurih , hangat, dan rasa manis di bagian kulitnya. Roti Mbah Nem is the best pokoknya.
Mbak Parti tertawa. "Ya roti goreng biasalah Mbak.., Mbah selalu nguleni dan menggoreng sendiri . Mungkin karena njenengan belinya pas hangat ya, jadi terasa enak?"
Saya mengangguk. Benar, kami selalu beli pas hangat, dan roti goreng paling lezat disantap selagi hangat. Kalau sudah agak dingin teksturnya jadi keras.
"Masak tidak ada resep rahasia gitu?" tanya saya penasaran.Â
Mbak Parti lagi lagi tertawa.
"Mboten wonten, pakai resep biasa, tidak ada yang istimewa .., enakan jajan sekarang Mbak..," tambah Mbak Parti.
Kali ini saya ikut tertawa. Jajan kekinian memang banyak yang enak, tapi roti goreng Mbah Nem benar-benar tiada banding.
Kami terus berjalan. Jarak perjalanan masih lumayan jauh. Dalam perjalanan tiba- tiba terbayang oleh saya suasana rumah kala itu. Rumah kecil yang bersih, bau obat pel, alunan lagu-lagu instrumentalia  dan deru suara mesin jahit bapak, adalah suasana yang yang sungguh tak terlupakan. Manis juga hangatÂ
Apakah mungkin rasa lezat tercipta karena rasa hangat saat kami makan roti goreng bersama ibuk dan bapak? Bisa jadi.
Makanan biasa bisa menjadi istimewa ketika ada cerita, cinta dan kenangan manis yang menyertainya