Di Rumah Lodji ini kita bisa mengenal lebih dekat  Keluarga Roeshadi yang telah tiga generasi mengelola perkebunan ini lewat berbagai koleksi barang-barangnya.
Suasana 'lain' sangat terasa. Apalagi ada sayup- sayup suara gending yang menemani perjalanan kami. Hujan yang turun semakin deras membuat suasana sepi kian terasaÂ
Kimi yang berjalan di dekat saya memegang tangan saya erat-erat. "Kok serem ya..," bisiknya.
Satu hal menarik di Rumah Lodji ini adalah adanya kamar yang didedikasikan untuk Presiden Sukarno, yang pada tahun 1957 datang dan beristirahat di De Karanganjar Koffieplantage selama beberapa jam.
Dari Rumah Lodji kami masuk Moesioem Noegroho. Nama museum ini diambil dari nama salah satu pemilik perkebunan ini yaitu Herry Noegroho.Â
Barang koleksi di museum ini sebagian besar milik Herry Noegroho dan puteranya Wima Brahmantya yang pernah menjadi ketua Dewan Kesenian Kabupaten Blitar.
Herry Noegroho sendiri pernah menjabat sebagai Bupati Blitar pada tahun 2005- 2016.
Di dalam museum ini banyak terdapat koleksi benda-benda pusaka milik leluhur juga lukisan lukisan yang cantik. Satu hal yang menarik adalah adanya koleksi Batik Tutur asli Blitar yang pernah dibawa ke Negeri Belanda selama satu abad lebih.