Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Di Balik "Kegalakan" Seorang Guru

26 November 2021   12:02 Diperbarui: 26 November 2021   12:11 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Universitas Surabaya

Mulai dari hal yang paling kecil Bu Milah menerapkan aturan dalam kelasnya. Contohnya saat memulai pelajaran dimana pada mapel lain kami mengucap salam sambil duduk, di kelas matematika kami harus memberi salam sambil berdiri.

Saat itu Bu Milah akan berkeliling melihat kelengkapan seragam kami. Termasuk ikat pinggang , kaos kaki bahkan rambut. Apakah terlalu panjang untuk siswa putra atau tidak rapi untuk siswa putri. Jika semua sudah rapi baru memberikan salam dan pelajaran dimulai.

Masih tentang salam, saat mengucapkannya tidak boleh tolah-toleh. Jika ada yang seperti itu salam harus diulang.

Ada lagi satu aturan dalam pembelajaran matematika yaitu jangan sampai waktu diterangkan kita mainan bolpoin. Mungkin karena saat itu anak anak banyak yang suka mainan bolpoin. Maklumlah saat itu pilot cetetan adalah barang mewah.

Suatu ketika, saat Bu Milah menerangkan, ada seorang teman bermain bolpoin dengan cara dicetet-cetet. Beliau langsung berhenti dan bolpoin diminta, untuk selanjutnya dikembalikan lewat orang tuanya saat rapor semesteran.

Untuk melibatkan pengawasan orang tua dalam pembelajaran, Bu Milah selalu meminta kembali kertas ulangan yang sudah dibagikan dan harus sudah ditanda tangani orang tua. Apa akibatnya? Sebelum ulangan kami belajar sungguh-sungguh supaya bisa mengerjakannya dengan baik. Sebab jika hasil ulangan bagus tidak masalah.. Tapi kalau dapat jelek haduuuh. Takut sekali rasanya mau minta tanda tangan orang tua.

Tidak hanya ulangan yang ditandatangani, buku PR juga. Akibatnya dibandingkan buku pekerjaan mapel yang lain buku PR matematika kami paling lengkap dan rapi. Bagaimana tidak? Sebelum masuk tas harus ditandatangani bapak atau ibuk lebih dahulu. Malu kalau pekerjaannya acak -acakan.

Banyaknya aturan membuat kami takut  saat menjelang pembelajaran matematika. Tapi semua itu juga membuat kami lebih berhati-hati dan mengerjakan tugas sebaik-baiknya. Melihat Bu Milah tersenyum puas dengan pekerjaan kami adalah hal yang sangat membahagiakan.

Melalui aturan Bu Milah sebenarnya ada hal-hal baik yang bisa diambil, seperti menghargai orang lain, menghormati guru juga menjaga etika dan kerapian.

Satu hal yang sangat saya rasakan adalah karena takut dengan pelajaran Bu Milah, buku pekerjaan matematika saya jadi begitu lengkap dan rapi. Saya berani maju ke depan kelas hingga akhirnya teman- teman yang kurang paham banyak bertanya pada saya.Mungkin ini yang akhirnya menjadikan saya guru matematika sampai saat ini. He.. He..

Meskipun mengajar dengan metode seperti itu kurang relevan di masa sekarang, tapi saya yakin dibalik galaknya seorang guru ada banyak hikmah dan tujuan baik di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun