Bersebab langit senantiasa tiada pernah jatuh. Aku bertanya pada deretan awan dan benih hujan dikilau bias matahari. Benarkahkah kau mencintaiku? Sepenuh hati atau separuh jiwa. Sudah, jangan terlalu berlogika dengan cinta. Cinta hanyalah sebatas helai perasaan yang sebenarnya murni penyerahan. Bagai embun yang jatuh di daun yang tak pernah bisa menetap. Lalu kau bertanya bisakah kita mengurungnya dalam irama perasaan yang sama? Aku juga tidak pernah memahami seperti engkau juga pura-pura lupa.
Ketika kalimat-kalimat di susun dalam rangka pragraf disekujur tubuh yang kita lukis dengan butiran embun. Saat itu tidak lagi berlogika tentang cinta. Tetapi nyatanya bara nyala bagai dupa ditungku rasa. Setelah itu helai-helai daun jatuh. Kupu-kupu hanya mengitari benang sari dan kuntum semerbak se ujung malam.