Mohon tunggu...
YUDI MASRAMID
YUDI MASRAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Ben dan Kisah Besarnya (7)

24 Juni 2022   14:31 Diperbarui: 9 Juli 2022   13:27 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Ben adalah Kisah tentang Amerika. Dok./Ilustrasi desygner. 

Dirumah, Ben membaca buku. Ia belajar sendiri membaca karena sangat ingin mengetahui hal hal yang baru dalam buku.

Ayahnya melihat kemauan keras Ben dan merasa kagum karena Ben sudah bisa membaca. Bukan itu saja, dia sudah menjadi kutubuku. Seorang anak yang cuma dua tahun  di sekolah rendah belajar sendiri.
"Kau suka belajar sendiri, itu bagus," puji ayahnya.
"Aku juga dulu tidak sekolah. Tapi aku belajar banyak keahlian ," kata Jos Franklin.

Ia menatap putranya itu dengan sedikit tanda tanya. 

"Bagaimana pekerjaan kamu ?"
"Aku sudah belajar banyak, dari tukang batu atau kayu, tidak ada yang istimewa, " jawab Ben bosan. 

"Ada lagi kepandaian bagus dan sangat berguna." Ayahnya  berbicara.

"Pekerjaan apa itu ?"
"Seni mengasah besi, potong memotong, memperbaiki mesin, " ujar ayahnya .

"Itu cocok bagimu,mengenal mesin dan teknik mesin potong." 

"Itu boleh juga," jawab Ben sedikit ragu. 

"Kau bisa trampil tanpa sekolah, aku akan membuat kamu pandai dengan membawa kamu ke sepupuku."

Setelah pembicaraan itu, besoknya mereka pergi menemui sepupu ayahnya. Disebuah bangunan cukup besar mereka berhenti.

"Hallo Samuel, " segera bertemu ayahnya menyapa sepupunya dengan ceria.
"Halo juga brother, apa kabarmu?"
"Aku baik-baik saja," jawab ayahnya membalas sapaan Samuel Franklin. 

Wajah Samuel berseri-seri.
"Ini anakmu?" Tanya Samuel memperhatikan Ben.
"Iya, kau bisa menjadikannya pekerja dan melatihnya."
"Jangan kawatir, aku adalah guru berpengalaman." Samuel bergumam. 


"Apakah dia punya bakat bekerja dan mau belajar kita lihat saja nanti." Samuel berjalan menghampiri mereka.
"Apa dia bisa melakukan pekerjaan besi?" Samuel melihat Ben tak yakin. Ben masih muda dan kurus. 

"Anakku tertarik dengan mesin, kukira engkau bisa melatihnya. "

"Keahlian disini adalah juga memperbaiki mesin  cetak dan memperbaikinya," kata Samuel.

"Kalau begitu aku suka, aku senang pekerjaan teknik ,"  Ben  mulai gembira.

"Mesin percetakan disini sedikit, dimasa mendatang siapa tahu?" Sambung Samuel pula. 

"Baiklah, kau bisa mencobanya," jawab Samuel. 

Besoknya pagi pagi Ben mulai bekerja.  Samuel melatihnya berbagai ketrampilan tentang mesin. 

Dari pekerjaan yang dipelajari Ben mendapat Keahlian memperbaiki mesin. 

Sepupunya itu mendapat keahliannya di London, sebelum pindah ke Boston.

Ben melewati masa percobaan beberapa hari, terbukti  bahwa putra Jos Franklin sangat menonjol dibengkel Pak Samuel.


Ada beberapa pemuda magang disana, Ben paling pandai. 

Keingintahuan Ben Franklin, ditambah dengan kegemaran  untuk membaca,  semakin kuat selama bertahun-tahun.

" Kau kutu buku iya?" Ujar Samuel.
Dia tidak begitu suka dengan lelaki yang membaca buku. Membuang buang waktu saja.
"Dalam buku juga ada petunjuk yang ini buku teknik." jawab Ben. 

Samuel masih tetap menggeleng gelengkan kepala. 

Tidak ada perpustakaan di koloni Inggris itu. Orang tidak mengenal apa itu perpustakaan.

Ben Franklin harus membeli buku, yang harganya sangat mahal.
"Kau menghabiskan uangmu untuk buku?" Tanya Samuel. 

Samuel melihat banyak buku baru dikamarnya.
"Entahlah, aku selalu ingin membaca." Jawab Ben.

Pada awalnya Ben Franklin membaca buku-buku tentang cerita perjalanan. Buku pertama yang dibeli Ben Franklin adalah tulisan penulis yang terkenal.

Tidak ada uang untuk membeli buku baru.  Setelah dibaca, harus dijual. Hasil penjualannya digunakan untuk membeli koleksi karya sejarah R. Burton.

Pembacaan terarah tidak mungkin dilakukan. Ben Franklin membaca apa saja yang bisa dia dapatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun