Mohon tunggu...
Yudaningsih
Yudaningsih Mohon Tunggu... Pemerhati Bidang Sosial Budaya, Pendidikan, Politik dan Keterbukaan Informasi Publik

Akademisi dan aktivis keterbukaan informasi publik. Tenaga Ahli Komisi Informasi (KI) Prov Jabar, mantan Komisioner KPU Kab Bandung dan KI Prov Jabar. Alumni IAIN Bandung dan S2 IKom Unpad ini juga seorang mediator bersertifikat, legal drafter dan penulis di media lokal dan nasional. Aktif di ICMI, Muhammadiyah, dan 'Aisyiyah Jabar. Aktifis Persma "Suaka" 1993-1999. Kini sedang menempuh S3 SAA Prodi Media dan Agama di UIN SGD Bandung. Menulis sebagai bentuk advokasi literasi kritis terhadap amnesia sosial, kontrol publik, dan komitmen terhadap transparansi, partisipasi publik, dan demokrasi yang substantif.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tawa Yang Tertunda

1 Agustus 2025   04:00 Diperbarui: 31 Juli 2025   13:09 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hartini (Sumber:DokPri Yudaningsih)

Hartini dikorbankan dalam narasi keluarga---sebagai ibu gagal, demi menutupi pengkhianatan anak lelaki kebanggaan mereka.

Pagi itu biasa saja. Tapi saat Hartini pulang dari kampus, rumah terasa sepi. Terlalu sepi.

"Mak, anak-anak mana?"
"Tadi dibawa Andri. Katanya mau main ke rumah Mbah-nya."
"Tapi... kenapa semua bajunya dibawa?"

Si bungsu baru dua tahun empat bulan. Baru disapih.
Tanpa kabar, tanpa peringatan---anak-anak Hartini lenyap. Dibawa tanpa jejak.

Bertahun-tahun kemudian, anak sulung---yang akhirnya kembali---meninggalkan secarik catatan:

"Aa kasihan adik-adik. Gak ada yang ngurus."

Bukan Hartini yang meninggalkan anak-anak. Tapi mereka dibawa pergi secara diam-diam---dengan narasi palsu bahwa ibunya terlalu sibuk untuk mencintai.

Beberapa tahun kemudian, Hartini mendengar Andri menikah lagi. Bukan dengan Kia, melainkan seorang janda tiga anak bernama Nia.

Alasan Nia menikah? "Kasihan."

Katanya, ia tersentuh oleh anak bungsu Hartini yang sering main sendiri di teras rumah orangtua Andri.

"Saya gak tahan lihat anak kecil itu... seperti kehilangan ibu," ucap Nia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun