Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Papa Meninggal (Lanjutan)

9 Februari 2018   01:26 Diperbarui: 9 Februari 2018   01:47 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa bedanya?"

"Di dalam klenteng, kamu akan menemukan beberapa patung. Ada patung Budha, Kong Hu Chu, Kwan Im, patung Lao Tse dari aliran Taois dan masih banyak lagi. Jadi Klenteng dibangun untuk Kaum Cina Perantauan supaya semua aliran agama Budha bisa beribadat di sana."

"Oh, I see," kata Fuad mengangguk-angguk lalu bertanya lagi, " Kata 'Sang Budha" itu sendiri artinya Tuhan, ya?"

"Bukan! Kata 'Budha' maknanya adalah seseorang yang telah sadar."

"Sadar? Maksudnya insyaf karena sebelumnya telah melakukan perbuatan buruk?"

"Hihihi...bukan! Sadar yang saya maksud adalah dalam konteks seseorang telah mencapai pencerahan sempurna. Karena telah mengerti segala makna hidup maka dia berhak menjadi guru sekaligus berkewajiban untuk membagi pencerahan yang diperolehnya pada orang lain. Itu sebabnya banyak aliran Budha yang tumbuh sesuai dengan ajaran guru yang masing-masing mereka percayai."

"Wah! Jangan-jangan di dalam klenteng, saya bisa ngeliat patung Judge Bao dong, ya? Hahahahahaha...." Fuad tertawa terbahak-bahak karena referensi dia tentang Judge Bao hanya diperoleh dari film di televisi.

"Judge Bao memang salah satu guru yang dihormati Umat Budha," kata saya dengan suara dingin.

"Oups...maaf Yo. Saya nggak tau. Maaf ya?"

"Dan di beberapa klenteng tertentu, kamu memang bisa menemukan patung Judge Bao."

"Sekali lagi, maaf, Yo." Fuad terus mengulang maafnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun