Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Papa Meninggal (Lanjutan)

9 Februari 2018   01:26 Diperbarui: 9 Februari 2018   01:47 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Cindy!" kata saya setengah membentak, "kamu nggak boleh ngomong begitu."

Cindy tidak menyahut. Pandangannya terasa aneh tapi dia tidak berusaha untuk melepaskan pandangannya dari saya.

"Dari siapa kamu tau Opa meninggal? Coba kasih tau Mama. Dari siapa?" kata saya lagi.

"Dari Tuhan," kata Cindy lagi dengan nada sangat serius.

"Hihihihihi..." Mama tertawa lagi. Dia nampak geli melihat kelakuan Cindy. Tapi buat saya hal itu sama sekali tidak lucu. Omongan Cindy malahan membuat saya merinding karena saya betul-betul takut akan kehilangan Papa.

Melihat saya tidak berkata apa-apa lagi, Cindy bangkit dan berjalan ke arah jendela. Seperti tadi jarinya menunjuk-nunjuk ke angkasa, mulutnya berkomat-kamit seakan sedang berbicara dengan seseorang.

"Wah, sudah hampir jam 11! Mama pergi dulu ya, Yo," kata Mama seraya melirik ke arah jam di pergelangan tangannya..

"Okay, Ma," jawab saya.

Mama menggamit lengan Cindy, menariknya dari jendela,"Yuk, Cindy. Jalan-jalan sama Oma, yuk?"

Cindy menurut tapi matanya terus memandang ke arah jendela dan baru berhenti ketika sampai di luar kamar.

Papa meninggal dunia
Papa meninggal dunia
Setelah keduanya tidak terlihat lagi,  saya berjalan ke arah jendela dan memandang langit yang tadi ditunjuk oleh Cindy. Di sana saya cuma melihat awan putih bergerak ditiup angin ke arah barat. "Apa sih yang tadi dilihat Cindy?' gumam saya. Entah kenapa hati ini rasanya galau sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun