Di sini, seharusnya mulai ada kesadaran kolektif, mengapa spam komentar itu bukan perilaku yang pantas dibiasakan, khususnya di platform seperti Kompasiana. Bukan tidak boleh berkomentar, tapi kalau sampai dibiasakan, ini tidak sehat.
Selain rawan menimbulkan rasa kurang nyaman, spam komentar rawan merusak ekosistem sebuah platform dalam jangka panjang. Pada konteks spam komentar promosi judol, komentar ilegal yang membanjiri, tanpa ditertibkan, bisa berdampak negatif.
Bayangkan, seberapa repot keadaan, kalau misal (amit-amit) Kompasiana kena semprit, gara-gara disangka terang kekurangan erangan mempromosikan judol. Padahal, itu bisa dicegah sejak dini.
Maka, ketika ada banyak komentar dalam tulisan kita di Kompasiana, kita perlu melihatnya dalam perspektif waspada. Bisa jadi, ini hanya komentar spam promosi judol, yang perlu dihapus.
Dengan bergulirnya dinamika situasi, sudah seharusnya pemerintah dan pihak-pihak terkait makin gencar menutup celah-celah yang ada. Jika tidak, kerusakan (dalam bentuk apapun) akan sulit dibendung.
Bisa?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI