Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menulis, Sebuah PR di Tahun 2024

29 Maret 2024   16:04 Diperbarui: 29 Maret 2024   16:16 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2024 baru bersiap menapak sepertiga jalan, tapi sudah memberi satu PR besar buat saya, terutama soal menjaga "kebiasaan" menulis. Meski sebenarnya bukan pertama kali terjadi, masalah yang datang tahun ini cukup menjengkelkan.

Penyebabnya bukan hanya datang dari gangguan kesehatan akibat cuaca ekstrem atau kesibukan lain, tapi dari faktor "burnout" akibat terlalu banyak mendengar sisi "overthinking" di sekitar.

Masalah gangguan kesehatan akibat cuaca ekstrem atau kesibukan sendiri memang masih terbilang wajar. Ini faktor sangat umum yang hampir semua orang (setidaknya pernah) mengalami pada saat tertentu.

Soal adanya gangguan akibat "burnout" sendiri wajar (pada titik tertentu) karena ada saatnya orang perlu "healing" untuk isi ulang energi, seperti ponsel yang perlu diisi daya saat "lowbat". Setelah semuanya beres dan siap, tinggal dilanjutkan saja.

Tapi, pada titik tertentu, burnout ini adalah sebentuk gangguan menjengkelkan. Khususnya jika ia datang dari gangguan eksternal.

Pada kasus saya akhir-akhir ini, gangguan "burnout" datang dari tingkah laku menjurus toksik dari seorang teman lama.

Baca juga: Suara Katarsis

Awalnya, saya hanya berusaha menjadi teman seperti biasa, karena dia memang dalam situasi sedang membutuhkan dukungan moral. Berhubung kami sudah kenal lama, saya merasa semua akan berjalan seperti yang sudah-sudah.

Tapi, dalam perjalanannya, momen yang sebenarnya sudah tidak asing lama-lama jadi terasa mengerikan. Porsi didengar-mendengar yang seharusnya berimbang (atau minimal beda tipis) dan menciptakan "perputaran energi" secara sirkuler, sehingga menjadi satu momen "healing" secara psikologis, malah berubah jadi satu siksaan.

Penyebabnya, interaksi yang berjalan cenderung dominan satu arah, dan lawan bicara saya cenderung memposisikan diri lebih "tinggi" karena latar belakang akademis dan tingkat intelegensinya.

Ketika ada sedikit ruang untuk bertukar posisi, ternyata itu malah menjadi kurang sehat, karena apa yang seharusnya hanya perlu didengar, malah terkesan dihakimi, termasuk ketika saya gantian bercerita soal preferensi pribadi. Ditambah lagi, ruang itu cukup terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun