Contoh sederhananya, sejak pandemi merebak lebih dari setahun terakhir, Indonesia masih berkutat pada masalah hoaks soal vaksin, distribusi vaksin yang belum merata, sampai penerapan prokes yang belum benar-benar efektif, karena masih ada yang bandel.
Itu belum termasuk masalah-masalah lain yang mungkin kurang diekspos.
Jelas, ini adalah satu PR bersama, dan mural hadir sebagai satu corong suara rakyat. Bentuknya memang kritik, tapi jika dikumpulkan pasti bisa jadi masukan berharga buat pemerintah.
Seharusnya, pemerintah layak berterima kasih, karena masih ada yang peduli, meski dalam bentuk kritik. Ini jauh lebih baik dari pujian tanpa batas dan sikap cuek yang bisa melenakan.
Jangan lupa, pemerintah sedang dalam sorotan, karena ada oknum pejabat menilep dana bansos puluhan miliar rupiah, tapi mendapat keringanan sanksi, hanya karena di-bully habis-habisan oleh warganet. Satu perseden buruk di masa pandemi.
Dalam situasi seperti ini, rakyat sebenarnya tak butuh data statistik yang terlihat bagus, tapi kurang sesuai dengan realita dari pemerintah. Rakyat butuh kejujuran dan keterbukaan pemerintah.
Andai keadaan sebenarnya memang lebih buruk, selama pemerintah jujur, berkomitmen penuh dan tak ada oknum pejabat yang korupsi, rakyat pasti akan mendukung.
Dalam masa sulit seperti ini, pemerintah seharusnya menyadari, suara rakyat adalah satu nafas demokrasi. Selama suara itu murni dan jujur, seharusnya itu akan sangat berguna jika ditindaklanjuti dengan reaksi dan solusi positif. Jika ternyata itu langsung langsung dibungkam, jelas ada yang salah, tapi entah siapa.