Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sisi Lain Reog Ponorogo

8 Agustus 2021   15:39 Diperbarui: 8 Agustus 2021   15:43 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film ini menjadi satu gambaran sederhana yang masih cukup awam tentang kehidupan pelaku seni Reog Ponorogo.

Pertanyaannya, bagaimana dengan pandangan dari sudut pandang penggiat seni Reog Ponorogo itu sendiri?

Sedikit jawaban dari pertanyaan ini saya temukan, dalam webinar KOTEKA Kompasiana, Sabtu (7/8). Dalam kesempatan ini, hadir Pak Sudirman, seorang pegiat seni dan budaya tradisional, khususnya Reog Ponorogo.

Hadir bersama Pak Warno dan Pak Agus Widodo (sesepuh Reog Ponorogo), pria kelahiran Ponorogo, 7 April 1964 ini sedikit bercerita tentang pengalaman dan sudut pandangnya tentang Reog Ponorogo, yang sudah dikenalnya sejak masih kecil.

Hadir juga Profesor Nursilah, dosen seni Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Beliau merupakan ketua komunitas Reog Ponorogo wilayah Jakarta, yang juga berasal dari Ponorogo dan merupakan kawan lama Pak Sudirman.

Kembali ke Pak Sudirman, perkenalannya dengan Reog Ponorogo sendiri berawal dari latar belakang kesehariannya. Ia berasal dari keluarga pengrajin gamelan.

Ini membuatnya familiar dengan Reog dan warok, sekaligus menjadi awal kecintaannya dengan kesenian Reog Ponorogo. Kalau kata idiom Jawa "witing tresno jalaran saka kulina" alias cinta karena terbiasa.

Dari situ, ia mulai belajar tari sampai akhirnya mencatat debut di panggung pentas pada tahun 1975. Meski memilih menjadi penari "freelance" alias lintas grup, keputusan ini terbukti jitu.

Pengalamannya menari reog begitu banyak, dengan ikut pentas keliling Ponorogo dan ke berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya, pada momen Upacara Penutupan SEA Games 2011 di Jakarta.

Pengalaman ini lalu dipadukannya dengan bekal akademik, saat kuliah seni tari. Di sini, Pak Sudirman mempelajari seni tari tradisional dan klasik dari berbagai daerah di Indonesia.

Tujuannya, supaya dapat mewariskan ilmu tari kepada generasi muda, sekaligus melanjutkan amanah untuk melestarikan reog Ponorogo. Baginya, Reog Ponorogo dipandang sebagai warisan budaya adiluhung turun temurun dari Ponorogo yang harus dilestarikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun