Mengingat dampak yang dihasilkan, dan pembiaran skala masif yang masih saja terjadi, agaknya polarisasi ini akan awet. Khususnya, jika masih ada kelompok oportunis yang menunggangi.
Polarisasi seperti ini merupakan salah efek samping demokrasi yang terlalu bebas, tanpa diimbangi dengan edukasi atau pembudayaan memadai. Ini menjadi satu ironi lain, karena terjadi di sebuah bangsa yang begitu kaya akan keanekaragaman budaya.
Di sini, penertiban memang perlu, tapi "penyadaran" lah yang jadi kunci, supaya mereka yang sudah terjebak polarisasi bisa kembali menyatu, sekaligus lebih dimanusiakan.
Mereka selama ini hanya jadi domba aduan para oportunis, yang habis manis sepah dibuang. Jadi, aneh jika masih gontok-gontokan, saat mereka yang "dibela" justru sudah tertawa bersama di satu meja.
Mau sampai kapan?