Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Gara-gara Polarisasi Politik

15 Juni 2021   16:50 Diperbarui: 15 Juni 2021   17:08 263 4
Polarisasi. Inilah situasi yang muncul di Indonesia, khususnya dalam hal pandangan politik, selama beberapa tahun terakhir.

Dimulai dengan Pilkada DKI Jakarta tahun 2017, yang entah bagaimana caranya, bisa menghebohkan seluruh negeri, bahkan sampai jadi sorotan media internasional, polarisasi di masyarakat terus bergulir bak bola salju, makin lama makin parah.

Puncaknya, terjadi pada Pemilu dan Pilpres 2019 yang penuh drama.  Polarisasi sukses membuat masyarakat terbelah. Ada keriuhan luar biasa, yang sekilas merupakan bagian dari dinamika berdemokrasi, tapi cenderung kebablasan dan menyerempet area yang tidak seharusnya.

Lucunya, saat pihak yang bersaing saat pemilu dan pilpres akhirnya bekerja sama dalam satu tim, polarisasi tetap saja ada, bahkan makin parah. Ironisnya, ini terjadi di sebuah negeri yang membanggakan perbedaan sebagai identitas. Mengenaskan.

Entah kenapa, saya justru melihat, efek polarisasi yang tak kunjung dibereskan ini seperti memaksa bangsa kita terseret mundur, kembali ke masa kolonial. Sebuah masa penuh adu domba, dimana perbedaan yang ada sukses dimanfaatkan penjajah menjadi jurang pemisah.

Ada labelisasi, hanya karena perbedaan pandangan, mulai dari kepada yang pro pada satu pandangan, sampai mereka yang memilih bodo amat. Pada akhirnya, ini hanya menghasilkan para "labelis" yang memecah belah.

Pujian kepada satu pihak seringkali ditelan mentah-mentah, sementara kritik langsung dibuang begitu saja. Inilah salah satu alasan, mengapa penanganan pandemi Corona di negara ini cenderung jalan di tempat, padahal ini sudah tahun kedua sejak pandemi mulai merebak. Itu baru satu aspek, belum yang lain.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun