Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi Z, Bahaya Media Sosial dan Pentingnya Digital Detox

20 September 2025   21:03 Diperbarui: 20 September 2025   21:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi GEN Z dan Kaitannya dengan Sosial Media (binus.ac.id)

Generasi Z dan Media Sosial

Generasi Z (Gen Z) adalah komunitas orang muda  yang lahir antara tahun 1997 dan 2012. Mereka  ini tidak hanya lahir, bertumbuh dan besar dalam era digital, tetapi juga memanfaatkan teknologi digital sebagai isu utama yang mereka pakai untuk menyuarakan aspirasinya.  Karena itulah generasi mereka disebut sebagai penduduk asli digital.

Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2020 Gen Z merupakan generasi terbesar di Indonesia. Mereka mendominasi populasi penduduk Indonesia dengan 27,94% atau sekitar 75 juta jiwa. Mayoritas Gen Z itu berusia antara 15 sampai 24 tahun.

Dari segi kerja, data menunjukkan bahwa sekitar 9,9 juta dari 75 juta jiwa itu berada dalam kategori NEET (tidak bekerja, tidak sekolah, tidak pelatihan) per tahun 2023-2024, sehingga menjadi tantangan yang serius bagi pemerintah Indonesia.

Mengenai penggunaan media sosial, Indonesia Millenial and Gen Z Report 2025 melaporkan bahwa dulu, media sosial hanya dianggap sebagai tempat  untuk berbagi foto atau menonton video yang menghibur. 

Namun sekarang, media sosial sudah menjadi bagian penting dari hidup generasi millenial dan Gen Z di Indonesia.  Yang menarik dari laporan itu mengatakan mereka tidak hanya memakainya untuk hiburan, tetapi juga untuk belajar, bekerja hingga menyampaikan pendapat.

Para Gen Z menggunakan media sosial menjadi alat untuk melakukan kampanye isu-isu sosial. Untuk itu mereka menggunakan sosial media seperti Instagram atau Twitter (x) untuk membahas topik-topik seperti kesetaraan gender, lingkungan hidup dan isu global lainnya.

Media sosial yang seringkali dicap hanya sebagai ruang keluh kesah anak muda, justru mereka ubah menjadi sebuah platform mobilisasi massa dan edukasi, bahkan menjadi sarana solidaritas global.

Semua orang percaya bahwa fenomena aktivisme Gen Z begitu menginspirasi dunia. Di tengah hiruk pikuknya dunia digital, kita menyaksikan orang-orang muda ini tidak sekadar mengeluh dalam dunia maya, tetapi juga berani melangkah dan bergerak nyata untuk isu yang mereka perjuangkan.

Sering kali kita menyaksikan orang-orang muda (termasuk gen Z) turun ke jalan. Namun tidak semuanya negatif lho. Mereka menggalang dana dan menggunakan platform digital untuk menyebarkan kesadaran tentang masalah-masalah sosial yang mendesak seperti perubahan iklim, dan isu-isu lingkungan hidup.

Bahaya Digitalisasi Gen Z

Meskipun para gen Z tahu bahwa suara mereka memiliki kekuatan, namun mereka juga sadar bahwa aktivisme itu tidak bisa berhenti di media sosial. Mesti ada juga tindakan nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun