Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bagaimana Menghadapi Remaja yang Suka Memberontak, Adakah Cara yang Tepat?

23 Mei 2024   10:31 Diperbarui: 23 Mei 2024   10:33 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Anak remaja sekarang sulit dihadapi. Mereka terlalu banyak over acting!" "Anak saya yang baru es-em-pe ni kepala sakit hadapi dia!" Itulah keluhan beberapa orang tua yang punya anak remaja. 

Dan masih banyak lagi keluhan-keluhan tak terucap dari mereka yang kadang hampir putus asa menghadapi para remaja yang suka memberontak.

Pertanyaannya mengapa anak remaja suka memberontak? Apa yang sebenarnya mereka inginkan?

Terhadap pertanyaan-pertanyaan pokok tersebut, penulis hendak mengangkat topik ini dalam sebuah ulasan berikut yang mula-mula akan menguraikan tentang apakah masa remaja itu, mengapa mereka suka memberontak, dan bagaimana menghadapi remaja yang suka memberontak itu? Adakah cara-cara yang tepat untuk menghadapinya?

Mari kita simak satu per satu bagian.

Apakah Masa Remaja itu?

Semua orang tua pernah mengalami dan melewati masa remaja. Masa remaja itu hampir sama hanya mungkin berbeda zaman. Dulu semasa kita remaja, zaman belum begitu edan seperti sekarang ini. Tapi sekarang zaman sudah berubah, para remaja pun menghadapinya sesuai perkembangan zamannya. Tentu saja.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Jadi masa remaja untuk masa antara anak-anak dan dewasa. 

Hall dalam Liebert dan kawan-kawan (1974:478) memandang masa remaja sebagai masa "storm and stress". Untuk itu ia mengatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja itu berupaya menemukan jati dirinya atau identitasnya sebagai kebutuhan aktualisasi diri.

Upaya untuk penemuan jati diri remaja itu dilakukan dengan berbagai pendekatan dengan tujuan agar ia dapat mengaktualisasikan dirinya secara baik. 

Aktualisasi diri sebagaimana ditunjukkan Abraham Maslow sebagai kebutuhan yang tertinggi. Di sinilah remaja menginginkan untuk mencapai kebutuhan tersebut. Remaja melakukan berbagai aktivitas yang membutuhkan pengakuan akan kemampuannya yang sekali lagi menurut Maslow disebut kebutuhan akan penghargaan.

Mereka membutuhkan penghargaan dan pengakuan bahwa mereka mampu berdiri sendiri dan dapat melaksanakan kegiatan sebagaimana dilakukan orang dewasa.

Mengapa remaja suka memberontak?

Ada  sekurang-kurangnya 6 (enam)  masalah yang dihadapi para remaja, yaitu:

Satu, masalah perubahan fisik. Sering remaja merasa tidak puas dengan perubahan fisiknya yang menyebabkan ia jengkel dan kecewa karena merasakan ketidakserasian yang proporsional antara tubuh dan pakaiannya.

Dua, masalah perkembangan fungsi seks. Sering terjadi remaja salah tingkah dan perilaku yang melawan norma akibat perkembangan fungsi seksnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam pergaulan.

Tiga, masalah penyesuaian emosional.  Mereka sering berperilaku over acting dan lancang yang menyebabkan orang tua frustrasi menghadapi mereka.

Empat, masalah penyesuaian sosial. Remaja pada umumnya sulit melakukan penyesuaian sosial sehingga mereka lebih suka bersama teman-teman sebaya yang kadang mereka dikatakan memberontak.

Lima, masalah perbedaan nilai dan norma kehidupan. Remaja merasa kesulitan menghadapi perubahan sosial di tengah masyarakat. kadang mereka berperilaku menyimpang  sehingga mereka dicap 'nakal'.

Enam, masalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Ada banyak sekali harapan-harapan remaja yang tidak bisa dipenuhi karena terbentur berbagai kesulitan. Ya antara harapan dan kenyataan berbeda.

Karena adanya masalah-masalah yang dihadapi para remaja inilah sehingga kadang-kadang mereka memberontak terhadap orang dewasa terutama orang tuanya.

Mengapa mereka memberontak? Karena begitu banyaknya persoalan yang dihadapi para remaja terutama antara cita-cita dan kenyataan yang mereka hadapi terutama sehubungan dengan keenam masalah di atas. 

Karena itu mereka sering dicap sebagai pemberontak, pada hal seperti kita tahu bahwa ketika menghadapi aneka persoalan seperti itu dan orang tua sebagai pendamping tidak mengarahkan secara baik dan benar tetapi malah memarahi mereka, maka pantaslah kalau mereka memberontak.

Bagaimana menghadapi remaja yang memberontak itu?  Kiranya 5 (lima) cara ini dapat dilakukan orang tua dalam mendampingi anak remaja.

Menurut para ahli, pemberontakan para remaja itu sebenarnya terjadi karena orang dewasa tidak begitu memahami dunia dan masa mereka. Karena itu pemberontakan mereka juga sebagai bentuk pencaharian dan pengakuan terhadap jati diri mereka.

Melansir Paradigm Treatment sebagaimana dirilis oleh MOMSMONEY.ID (Selasa, 21 Mei 2024), ada 5 cara yang tepat untuk menghadapi anak remaja yang suka memberontak. 

Sebagai orang dewasa, khususnya orang tua, yang punya anak remaja di rumah baiklah mencermati kelima hal tersebut dan mempraktekkannya dalam pergaulan bersama mereka. 

Maka berhadapan dengan berbagai masalah yang dihadapi remaja, baiklah kita sebagai orang tua tidak membuang tanggung jawab itu kepada orang lain atau hanya mempersalahkan remaja. 

Kelima cara yang tentu saja sangat tepat bila dipraktekkan dalam pendampingan itu sebagai berikut:

Pertama, Tetap bersikap tenang dan terkendali 

Menghadapi remaja yang sedang puber, banyak masalah dan suka memberontak, pihak orang tua diharapkan pertama-tama adalah tetap bersikap tenang dan bisa mengendalikan diri.

Orang tua mesti bersikap sabar dan tenang menghadapi para remaja. Orang tua tidak boleh terpancing untuk cepat naik darah. Tidak emosional. 

Sebaliknya orang dewasa mesti menunjukkan sikap komunikasi yang aktif dengan mereka sehingga para remaja akhirnya sadar bahwa mereka tetap diperlakukan dengan baik oleh orang tua. 

Kedua, Tentukan aturan yang adil dan sesuai usia anak 

Setiap orang tua punya pengalaman menghadapi anak remaja. Bila perlu untuk membuat aturan maka aturan yang dibuat itu mesti adil baik untuk remaja sendiri juga untuk orang dewasa. Jangan sampai aturan itu berlaku untuk mereka (remaja) tetapi tidak untuk orang tua. 

Misalnya aturan dalam rumah mewajibkan semua sudah berada di rumah paling lambat pukul 18.00. Jangan sampai ada orang tua yang justru lalai memperhatikan aturan tersebut.

Maka diharapkan semua pihak konsisten terhadap aturan yang telah dibuat itu. Sebab remaja akan memberontak bila aturan itu hanya berlaku untuk mereka saja.

Ketiga, Putuskan konsekuensi yang tepat

Sekali lagi aturan itu berlaku untuk semua. Supaya para remaja memahami apa yang akan terjadi bila mereka melanggar aturan, maka perlu didiskusikan dan disepakati bersama konsekuaensi apa yang terjadi bila seseorang melanggar aturan. 

Sekali lagi sikapi semua aturan dan konsekuensi dengan lemah lembut. Itu yang diharapkan. 

Keempat, Fokus pada perilaku baik anak

Perlu diingat bahwa penguatan positif merupakan strategi yang efektif termasuk bagi remaja. Remaja tetap ingin dicintai oleh orang tua. Orang tua mesti fokus pada perilaku yang baik dari anak. 

Sejahat-jahatnya atau seburuk-buruknya perilaku remaja, pasti ada perilaku yang baik juga. Maka sebagai orang tua kita mesti fokus untuk mengembangkan perilaku atau perbuatan baik anak.

Menghargai perilaku yang positif anak remaja itu penting. Karena dengan itu mereka merasa dihargai oleh orang tua. Bahwa perbuatan baik mereka ada nilainya bagi orang tua. 

Kepada orang tua diminta untuk meluangkan waktu sejenak untuk mengenali lebih dalam prestasi dan perilaku baik anak, agar pada waktunya mereka dihargai.

Kelima, Ajak anak melakukan konseling

Dalam arti anak diberitahu bahwa untuk mencari jalan keluar atau solusi terhadap masalah yang dihadapinya, kita butuh bantuan orang lain. 

Melakukan konseling dengan pihak lain yang dianggap lebih mampu menghadapi persoalan pemberontakan anak remaja. Misalnya bisa berkonsultasi dengan dokter, psikolog, psikiater atau dengan pimpinan agama.

Tapi dalam hal ini anak harus diberitahu. Maka hindari mendikte anak, seolah-olah dia tidak tahu apa-apa.

Kesimpulan

Nah, itulah lima cara yang tepat dan jitu bagaimana menghadapi remaja yang memberontak.  

Saya percaya setiap orang tua pasti punya cara-cara tertentu menghadapi anak remaja yang suka memberontak. Sebab tidak ada orang tua yang menghendaki agar anak remaja-nya terus memberontak tanpa ada jalan keluar dan sikap yang tepat menghadapinya.

Kahlil Gibran dalam The Prophet  seperti yang diterjemahkan Sapardi Djoko Damono menjadi Almustafa mengatakan:

Anakmu bukanlah anakmu. Mereka terlahir lewat dirimu, tetapi tidak berasal dari dirimu.

dan meskipun mereka bersamamu, mereka bukan milikmu.

Kau boleh memberi mereka cintamu, tetapi bukan pikiranmu.

Sebab, mereka memiliki pikiran sendiri.

Kau bisa memelihara tubuh mereka, tetapi bukan jiwa mereka.

Sebab jiwa mereka tinggal di rumah masa depan, yang takkan bisa kau datangi, bahkan dalam mimpimu. 

(Puisi Kahlil Gibran tentang Anak, dalam Almustafa)

Maka... hadapilah mereka para remaja dengan senyum, karena senyum adalah pembuka pintu rejeki dan masa depan untuk mereka!***

Atambua: 23.04.2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun