Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Jokowi Mulai Keteter Hadapi Manuver Amien Rais

7 Juni 2018   18:35 Diperbarui: 8 Juni 2018   12:12 5242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amien Rais. Foto: KOMPAS.com/Dany Permana

Namun karena isu tersebut kemudian "diambil-alih" oleh PA 212 dengan tagline kriminalisasi terhadap Islam, para penggiat demokrasi yang juga menentang Perppu tersebut enggan terlibat terlalu jauh. Alhasil, demo PA 212 ke DPR pun sepi peminat  meski mengatasnamakan Islam, sehingga Perppu tetap disahkan menjadi UU, meski ada aksi walk out Gerindra, PKS dan PAN.

Masih banyak contoh-contoh lain. Tetapi dari kasus Perppu Ormas  saja bisa dijadikan gambaran, isu-isu strategis yang memiliki cakupan nasional, akan mentah jika "kuasai" PA 212. 

Para penggiat demokrasi dan HAM enggan sepanggung dengan kelompok yang dalam kasus lain dipersepsikan intoleran. Sementara sebagian besar umat Islam, terutama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang juga ikut aksi 212, merasa tidak memiliki kaitan apa pun dengan PA 212. "Fatwa" Rizieq Shihab tidak berlaku di luar PA 212.

Istana sebenarnya sudah membaca manuver Amien Rais. Namun reaksi yang timbul justru tidak mencerminkan politik tingkat tinggi. Lontaran Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin agar PA 212 memecat Amien Rais dari posisi Dewan Kehormatan, justru menguatkan posisi mantan Ketua MPR itu karena anggota PA 212 menganggapnya sebagai campur-tangan pemerintah. 

Demikian juga pernyataan Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah Zubir yang menyebut Prabowo berada di bawah ketiak Rizieq. Meski tujuannya untuk membuat marah kader-kader Gerindra, tetapi pernyataan Inas justru bentuk pengakuan ketidakberdayaannya menghadapi manuver Amien Rais.

Terbaru, muncul sinyalemen Polda Metro Jaya sudah mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) untuk kasus dugaan chat mesum Rizieq degan Firza Husein. 

Jauh sebelumnya, Polda Jawa Barat bahkan sudah menghentikan penyidikan kasus dugaan penodaan terhadap Pancasila. Jika tujuannya untuk merangkul Rizieq dan ulama di belakangnya, strategi ini sudah sangat terlambat. Saat ini Rizieq sudah "dikuasai" Amien Rais. Di sisi lain, Jokowi bisa "dicemooh" pendukung Ahok jika sampai Rizieq pulang tanpa ada proses hukum.

Mengapa Istana terkesan panik dan keteter menghadapi manuver Amien Rais? Salah satunya karena salah mengantisipasi genderang yang ditabuh pendiri PAN tersebut. Jokowi dan jajarannya dibuat sibuk meng-counter pernyataan-pernyataan kamuflase yang ditembakkan Amien Rais. 

Istana gagal memahami skenario Amien Rais. Setelah kini skenario itu terbuka, Istana tidak memiliki cukup waktu untuk meredamnya sehingga counter yang dilakukan cenderung hanya luapan kepanikkan. 

Ngabalin, apalagi Inas, harus belajar lagi agar bisa sedikit membaca geliat Amien Rais sehingga tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan kontraproduktif. Jangan sampai tembakkan ke kubu lawan justru melukai pendukungnya sendiri.

Salam @yb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun