Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tanggapan Pembaca dan Dampaknya

14 September 2021   16:45 Diperbarui: 14 September 2021   17:23 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi pembaca yang sering meninggalkan tanggapan berupa kesan dan pesan akan mendapat keuntungan ganda juga. Pertama, ia dihargai oleh sang penulis berupa merespon balik pada apa yang dipesankan. Yang kedua, secara tidak sengaja ia telah belajar menulis menyatakan pendapat (terutama bagi mereka yang belum hasilkan tulisan). Dan sekiranya ia terus memaksakan diri untuk menulis, pasti ia mampu melakukannya dengan baik. Sebab dia telah memiliki alur berpikir yang terstruktur. Dia juga telah memiliki daya analisis yang tajam sehingga ia bisa memberi penilaian atas apa yang ia baca.

Yang kurang berdampak adalah tanggapan dengan memberi gambar jempol teracung. Dengan hanya menunjukkan jempol dengan serta merta orang yang diacungi jempol akan sadar bahwa ia bagus. Tetapi tidak akan diketahui apa yang terkandung di dalam pikiran orang yang mengacungi jempol. Orang lain tidak akan tahu alur berpikirnya.

Yang lebih celaka adalah tautan baru terkirim, hanya dalam hitungan detik sudah ada jempol nongol. Ini bisa kupastikan bahwa sesungguhnya dia tidak membaca isinya. Tapi dia hanya ingin menunjukkan respeknya pada penulis. Menurutku lagi, ini kurang elok. Sebab bukan itu tujuan utama para penulis membuang waktu dan energi.

Melalui tulisannya, mereka ingin memberdayakan pembaca. Mereka ingin membangun semangat literasi yang mencerdaskan anak bangsa. Mereka ingin membuka wawasan berpikir pembaca di mana saja tulisan itu menjangkau. Di mana dan kapan saja dia terbaca. Itulah tujuan utama para penulis menguras daya nalar dan rasanya. Bahwa lewat tulisannya, mereka telah berbuat sesuatu demi meningkatkan harkat kemanusiaan seorang manusia. Bahwa lewat tulisannya, mereka bisa membuka dan memperlebar wawasan para pembaca.

Harkat kemanusiaan seorang manusia akan terbangun jika ia dibangun. Salah satu cara membangunnya adalah dengan membaca karya intelek para penulis. Wawasan seseorang akan semakin luas jika ia rajin melahap tulisan orang lain. Segala bentuk tulisan yang ditemui yang memberi pangan jiwa.  

Salahkah jikalau pembaca hanya menampilkan gambar jempol yang teracung gagah? Tidak, teman! Tidak sama sekali! Sebab sebagai penulis, ia sudah mendapatkan upahnya yaitu jempol yang terpampang. Tetapi sebagai pembaca, Anda tidak mendapat informasi apa-apa.Aku mengibaratkan situasi ini dengan: Adanya kelaparan parah di antara limpahnya makanan. Malah terserang penyakit busung lapar kendati dikelilingi makanan bergizi. Sungguh suatu ironi. Dan ini tidak boleh terjadi.

Aku percaya Anda semua, sobat-sobat sejatiku tidak mau mengalami itu, bukan?

Tabe! 

Tilong-Kupang, NTT

Selasa, 14 September 2021 (17.25 wita)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun