Hari-hari lelah itu sudah kulalui,Â
namun setelah aku amati sekarang semua terasa semakin ringan.
Ringan, seringan menyapu peluh di dahi dengan setangan.
Ya, Suara riuh rendah pikir ku konon menjadi budaya baru.
Lakon wajah lama kian meredup, yang ada hanya kilasan nanar matanya saja.
Sudahlah, jangan ada lagi gelisah penghantar tidur dan tak kunjung rampung,
Pelamun ini sudah amat resah bila yang datang ternyata hanya menumpang.
Sunyi, sepi dan gusar itu temanku, jangan kau sandingkan lagi.
Syahdan, bila aku sempat mengungkapkan:
Selamat, Selamat Jalan. Temaram lah menuju keabadian wahai ingatan.
Bila sudah kau temui jalan itu, tenanglah bersamanya berbahagialah wahai biadab yang kau anggap aku hanya buku harian! yang hanya kau isi dengan keluh kesah tanpa kau tanyakan bagaimana perasaanku.
Selamat Tinggal!