Tak ingin kuteladani kodok yang cinta tempurung.
Tak jua ingin kuterus kecup bumi bersama sepatu.
Dengan sejuta lidahku, kuingin jadi sahabat jagat.
Kurindu menghibur alam semesta dengan syair.
Kusadar, kupunya hanya satu lidah yang kelu
'tuk terus lontarkan sejuta mantra melompong,Â
'tuk panjatkan litani indah bagi penghuni firdaus.
Kuharap lidahku selincah gerak bocah enggan tidur.
Mungkin tak perlu kupunya sejuta lidah yang gemulai
karena kutakut dihujam sejuta bilah belati sang maut.
Biar kupunya hanya satu lidah agar tak absen kuurus
dan agar tak banyak rasa asing yang mesti kukecap.
Baciro, Yogyakarta, 17 Desember 2003